Selasa, 13 Oktober 2015

Kurang Adilnya Hak Bertanya dalam Presentasi di Kelas 5A



Oleh: Diy Ara



            Sama dengan perdamaian, hak bertanya adalah hak semua orang. Garis bawahi dan tebali objek kalimat tadi, hak semua orang. Sayangnya, di negara Indonesia yang, katanya, demokratis ini, masih banyak pertanyaan-pertanyaan rakyat yang tak mendapat jawaban dari aparat negara. Misalnya pertanyaan, kenapa DPR Angkatan ini tak becus membuat UUD? Janjinya enam puluh lebih UUD akan DPR buat di tahun-tahun jabatan mereka. Eh, ini sudah setahun tetapi UUD yang mereka buat bisa dihitung dengan jari tangan kiri saja.
Kenapa ini, kenapa UUD yang bisa diitung jari itu malah memihak kesenangan DPR, kapan kalian memikirkan kami? Tanya rakyat. Para DPR malah menjawab dengan pengeyel-pengeyelan tak jelas. Tentang ini-itu, anu-anu, bla-bla, dan bla-bla. Bahkan dalam ruang lingkup kecil seperti di ruang kelas 5A, hak bertanya memang perlu sekali ditanyakan dan dijawab. Entah dengan pengeyelan-pengeyelan, ini-itu, anu-anu, dan bla-bla. Tulisan ini, sedikit bentuk protes, kritik, dan saran saya dan beberapa teman saya.
            Siapa Sebenarnya yang Boleh Bertanya saat Presentasi?
            Kalimat awal sudah jelas mengatakan semua orang punya hak bertanya. Sayangnya, di kelas 5A, ada beberapa orang terimidasi, merasa dibedakan, dan hak untuk bertanya mereka tak diacuh, alias tak dipedulikan. Orang-orang itu adalah orang yang dianggap sering bertanya dan dianggap memiliki pertanyaan yang menyulitkan kelompok presentasi. Meskipun, tangan mereka terangkat pertama kali, tinggi-tinggi, ataupun dengan memasang wajah memelas. Tetap mereka jarang sekali dipilih oleh kelompok presentasi. Rasanya itu nyesek, kesel, sebel, jadi tidak mood, protes dalam hati curang, pertanyaan diotaknya yang ingin ditanyakan menggumpal jadi tanda tanya besar-besar, kata mereka. Sampai-sampai mereka memberikan pertanyaannya pada mahasiswa lain, yang dianggap jarang bertanya, untuk menanyakan pertanyaannya. Nah lewat mahasiswa yang dianggap jarang bertanya itulah mereka mendapat jawaban pertanyaan mereka. Tetapi, tentu rasanya tidak puas kalau pertanyaan itu ditanyakan oleh orang lain.
Ah, lalu bisa apa kelompok yang dianggap sering bertanya ini. Padahal, jarang bahkan hanya satu atau dua kali ditunjuk oleh kelompok presentasi. Selalu saja kelompok presentasi memilih mahasiswa yang dianggap jarang bertanya untuk bertanya. Alasannya, kasihan yang belum pernah bertanya. Lalu, apakah kalian tidak kasihan pada tangan-tangan mahasiswa yang dianggap sering bertanya yang langsung menurunkan tangannya lemas setelah mendengar alasan itu. Tidak kah kalian kasihan pada otak mereka yang memendam pertanyaan di dalam otaknya? Tidakkah kasihan ketika mahasiswa yang dianggap sering bertanya itu mengatakan, aku yakin tidak akan dipilih kelompok presentasi untuk bertanya, cape tok angkat tangan. Bukannya ini malah pilih kasih? Semua orang punya hak untuk bertanya!
Bertanya itu Mendapat Nilai ataupun Catatan dari Dosen
Apa dalam presentasi kamu selalu memilih-milih orang berdasarkan keseringannya bertanya? Jawablah dalam hati.
Kalau yang sering dipilih untuk bertanya adalah mahasiswa yang dianggap jarang bertanya. Padahal, kadang, sebenernya dia sering bertanya, tetapi tidak dianggap saja sering bertanya, soalnya pertanyaannya gampang-gampang, jadi mudah dijawab. Lalu, apakah hanya mereka yang akan mendapatkan nilai ataupun catatan keaktifan dari dosen? Lalu bagaimana keadaan mahasiswa yang dianggap sering bertanya? Apakah mereka tidak memerlukan nilai ataupun catatan dari dosen? Perlu. Tentu, Perlu. Lantas, apa yang bisa mereka perbuat karena hak bertanyanya seakan-akan dicabut dengan alasan sudah sering bertanya? Padahal, ada kasus mahasiswa itu sudah bertanya di presentasi MK A. Lalu, ia dianggap sudah sering bertanya di MK B. Lho, padahal dosen dan lembar penilaiannya juga beda. Ini sungguh tak adil. Semua orang punya hak untuk bertanya. Punya hak untuk mendapatkan nilai ataupun catatan dari dosen. Coba bayangkan jika Anda di posisi mereka. Bukan hanya berpikir dari posisi Anda.
Memang nilai ataupun catatan dari dosen bisa didapatkan dari menyanggah dan menambahkan. Namun, kedua hal itu memiliki tingkatan lebih tinggi dari pada bertanya. Tidak semua mahasiswa yang dianggap sering bertanya itu mampu untuk melalukan kedua hal tersebut. Bertanya adalah hal yang lebih mudah untuk mendapatkan nilai ataupun catatan dosen. Apakah hanya mahasiswa yang dianggap jarang bertanya yang diperkenankan mendapatkan nilai ataupun catatan dari dosen lebih mudah lewat bertanya. Jadi, mahasiswa yang sering bertanya harus berkerja lebih keras untuk menyamai nilai dan catatan dosen lewat sanggahan dan menambahkan? Ah, itu tak adil!
Katanya Tidak Ada Blok-blok-an di Kelas 5A
Suara-suara mengatakan ada blok-blokan, padahal suara-suara itulah yang menciptakan blok-blokan, atau menganggap ada blok-blokan. Padahal, itu hanya perasaan mereka. Hanya merasa. Merasa adalah kata yang mengambarkan ketidak yakinan, atau kemungkinan, alias tidak benar-benar terjadi. Bahkan karena perasaan itulah mereka menciptakan blok-blokan. Mengimindasi, menarik garis perbedaan, sehingga menciptakan dipikiran mereka ada blok pinter, dan blok kurang pintar. Blok-blok inilah yang membuat presentasi berjalan tidak adil. Kebanyakan yang dipilih untuk bertanya adalah blok kurang pintar. Padahal, itu hanya anggapan saja. Blok-blok itu hanya ciptakan atau imajinasi saja. Karena sebenarnya blok kurang pintar itu hanya tempat persembunyian orang-orang yang malas. Yang selalu iri dengan keberhasilan orang lain. Yang selalu menganggap dirinya di bawah dari yang lain. Woy! Tidak ada orang yang bodoh di dunia ini, hanya ada orang malas. Hapus pikiran kalau ada blok kurang pintar. Sehingga, tidak ada lagi blok kurang pintar lagi di kelas 5A. Harus  menyatu menjadi blok orang-orang cerdas.
Pikiran blok-blok inilah yang harus dihapus segera. Sehingga, kedudukan mahasiswa di kelas 5A sama. Tidak ada yang tinggi dan rendah.  Kemudian, tidak akan ada lagi hak bertanya yang dibedakan. Kita, kelas 5A, sama-sama menutut ilmu, sama-sama manusia, sama-sama mbayar, sama-sama ingin bertanya, sama-sama ingin mendapatkan nilai dan ilmu, sama-sama ingin aktif, sama-sama punya suara, sama-sama punya otak, dan sama-sama punya pertanyaan. Di kelas 5A, mahasiswa itu harusnya sama kedudukannya. Sama boleh bertanya. Kelas 5A, ayo belajar jangan membeda-bedakan keseringan atau ketidakseringan seseorang ketika bertanya. Semuanya sama. Kita belajar menjawab dari pertanyaan susah ataupun mudah. Kan, ketika nanti jadi guru, tidak akan membeda-bedakan siswa yang akan bertanya kepada kita. Entah itu pertanyaan sulit atau mudah. Seorang guru harus mampu menjawabnya.


0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2015 ZAHRATUL WAHDATI
| Distributed By Gooyaabi Templates