Terbaru

Senin, 26 Oktober 2015

Ulasan Pementasan Wayang Kampung Sebelah Berjudul Wawas diri Menakar Berani


Ulasan Pementasan Wayang Kampung Sebelah Berjudul Wawas diri Menakar Berani
Oleh: Zahratul Wahdati

“Suara rakyat bukan dihitung, Tetapi didengarkan. Suara rakyat juga harusnya bukan menjadi objek untuk menang menjadi kepala desa, tetapi menjadi subyek untuk didengarkan.” Kalimat kritik yang diucapkan tokoh berbibir maju ini, menampar keras para bejabat berdasi yang berlomba-lomba untuk mendapat suara lewat janji-janji yang akhirnya entah.  Juga menampar masyarakat yang selama ini dibodohi para bejabat.

Sabtu, 24 Oktober 2015

Mengacam Kenangan Bersama Teater Tikar





Semarang – Drama “Mengancam Kenangan” yang dipentaskan Teater Tikar di Auditorium Gedung Pusat UPGRIS sukses membuat penonton berpikir ektra, Kamis (08/10).  Drama ini menghadirkan representasi kejemuan dalam menyingkapi kenangan. Suasana Melankolis diberangi eksplorasi gerak tubuh, nada dialog, ilustrasi, serta setting tidak memberi penonton rehat untuk perpikir mengenai keberadaan kenangan.

Apresiasi Naskah Drama Mengancam Kenangan


Apresiasi Naskah Drama Mengancam Kenangan
Oleh: Zahratul Wahdati (13410013)

Naskah drama Mengancam Kenangan yang dipentaskan oleh Teater Tikar, 8 Oktober 2015 di Auditorium Gedung Pusat Universitas PGRI Semarang, lantai tujuh, yang ditulis oleh Iruka Danishwara, penulis yang juga ikut serta menjadi tokoh dalam pementasan drama tersebut mengambil tema utama tentang keluarga, dan memiliki sub-sub tema antara lain tentang percintaan, dan sejarah pembantaian para penulis yang menentang orde lama. Tema yang cukup berat ini dibalut lewat cerita kenangan-kenangan tokoh Nyonya dan anaknya. Judul naskah membuat tanda tanya yaitu “Membungkam Kenangan” juga sangat menarik dan membuat penasaran.

Selasa, 20 Oktober 2015

Humor Yang Gagal Dikirim ke Majalah RDI (gara-gara udah tutup usia)

Majalah RDI sudah tutup usia. Jadi, humor yang aku kirim ke majalah ini, aku posting aja di blog. Di bandingkan nganggur :3 #NyesekBGT. Tetapi sepertinya garing -_- #Tepok Jangkrik

Senin, 19 Oktober 2015

Cerpen Ternyata Leana Tidak Begitu dimuat pada Majalah GIRLS No.05/Th.XI, beredar 7 Oktober - 20 Oktober 2015.

Thank you, buat Kak Bambang yang membantu Ara nulis cernak ini, thank buat Rani, Sahabatku, yang mau ngutangin dan beliin majalahnya di Toga Mas. hehehe. Dan tak lupa, Damar, Athirah, Khotim yang mau foto bareng sama karyaku. :) Narsis dulu nggak papa, ya :v

Sabtu, 17 Oktober 2015

Magang 1 Hanya Menilai Hasil Laporan Tanpa Menilai Kinerja Mahasiswa


oleh: Zahratul Wahdati (Diy Ara)


          Universitas PGRI Semarang telah  mengubah PPL menjadi Magang. Yang terdiri dari Magang 1, Magang 2, dan Magang 3. Angkatan kami adalah angkatan pertama yang merealisasikan hal itu. Kami datang ke sekolah-sekolah yang sudah ditentukan oleh kampus bersama kelompok magang yang terdiri atas mahasiswa berbagai jurusan. Saya ditempatkan di SMKN 5 Semarang, letaknya dekat UPGRIS, tepatnya di Jalan dr. Cipto.

Kamis, 15 Oktober 2015

Mengenali Lebih dekat Kenangan Lewat Drama Mengancam Kenangan


Oleh: Zahratul Wahdati


Drama yang dipentaskan oleh Teater Tikar, 8 Oktober 2015 di Auditorium Gedung Pusat Universitas PGRI Semarang, lantai tujuh, berjudul “Mengancam Kenangan” yang disutradarai Ibrahim mampu menghadirkan adegan-adegan yang memiliki arti dalam, seakan-akan penonton diperlihatkan lukisan yang penuh tanda tanya. Untuk membuka jawaban tanda tanya tersebut, penonton dirangkul dengan lembut untuk menikmati setiap adegan demi adegan drama hingga akhir.

Selasa, 13 Oktober 2015

Kurang Adilnya Hak Bertanya dalam Presentasi di Kelas 5A



Oleh: Diy Ara



            Sama dengan perdamaian, hak bertanya adalah hak semua orang. Garis bawahi dan tebali objek kalimat tadi, hak semua orang. Sayangnya, di negara Indonesia yang, katanya, demokratis ini, masih banyak pertanyaan-pertanyaan rakyat yang tak mendapat jawaban dari aparat negara. Misalnya pertanyaan, kenapa DPR Angkatan ini tak becus membuat UUD? Janjinya enam puluh lebih UUD akan DPR buat di tahun-tahun jabatan mereka. Eh, ini sudah setahun tetapi UUD yang mereka buat bisa dihitung dengan jari tangan kiri saja.
Kenapa ini, kenapa UUD yang bisa diitung jari itu malah memihak kesenangan DPR, kapan kalian memikirkan kami? Tanya rakyat. Para DPR malah menjawab dengan pengeyel-pengeyelan tak jelas. Tentang ini-itu, anu-anu, bla-bla, dan bla-bla. Bahkan dalam ruang lingkup kecil seperti di ruang kelas 5A, hak bertanya memang perlu sekali ditanyakan dan dijawab. Entah dengan pengeyelan-pengeyelan, ini-itu, anu-anu, dan bla-bla. Tulisan ini, sedikit bentuk protes, kritik, dan saran saya dan beberapa teman saya.
            Siapa Sebenarnya yang Boleh Bertanya saat Presentasi?

Sabtu, 10 Oktober 2015

Kisah dibalik Cernak “Ternyata Leana Tidak Begitu” yang Dimuat di Majalah Girls Terbaru No 5 Tahun XI 2015





Rasanya masih nggak percaya! Bisa nembus Majalah Nasional ini! Koran daerah kaya Lampung Post aja, Ara belum nembus-nembus. Ditambah lagi cernak ini itu tugas Kelas Kurcaci Pos yang digawangi Kak Bambang Irwanto. Tepatnya tugas ke-7. Padahal, kan temen-temen kurcaci lain juga ngirim. Nggak nyangka karya Ara dulu yang nonggol. Pasti karya temen-temen kurcaci pos 14 dan 15 sebentar lagi bakalan nongol juga.

Rabu, 07 Oktober 2015

Fakta: 9 Dari 10 Cewek Nggak Suka Dipanggil Mbak Sama Cowok



Oleh: Diy Ara

Hal-hal aneh yang aku lakukan adalah sering bertanya hal-hal aneh. Kali ini aku bertanya pada 10 cewek mengenai cowok yang memanggil mereka mbak. Cuma satu yang suka. Dia beralasan karena emang kodratnya perempuan pantes dipanggil mbak, dari pada mas. Tetapi, aku lebih memfokuskan kepada 9 cewek yang nggak suka dipanggil mbak sama cowok termasuk aku.

Senin, 05 Oktober 2015

Puisi "Buah Kelapa di Ketinggian"


Seperti buah-buah kelapa di ketinggian, kita saling menyatu dalam satu tangkai. Selalu berjuang dari tiupan angin rancu. Pun, ketika hujan mengamuk ganas, ataupun dari bajing-bajing pengoyak kulit kita. Para kelapa muda berusaha tetap dekat langit.

Sabtu, 03 Oktober 2015

Rasa Cerita


Apa pun rasa ceritamu,  kumau mengunyah cerita itu setiap senja. 
Merasakannya agar paham. Menikmatinya agar terasa. Mencium aromanya hingga malam. Membayangkannya hingga pagi. Memikirkannya agar menindak.

Ceritakanlah, Dik. Setidaknya kuingin memelukmu lewat kata-kata: percayalah, mimpi akan menjadi nyata.


Semarang, 3 Oktober 2015
Untuk Adikku yang kuat dari Mba yang menyayangimu.
Copyright © 2015 ZAHRATUL WAHDATI
| Distributed By Gooyaabi Templates