Selasa, 20 Oktober 2015

Humor Yang Gagal Dikirim ke Majalah RDI (gara-gara udah tutup usia)

Majalah RDI sudah tutup usia. Jadi, humor yang aku kirim ke majalah ini, aku posting aja di blog. Di bandingkan nganggur :3 #NyesekBGT. Tetapi sepertinya garing -_- #Tepok Jangkrik


Jawaban Berbobot
Oleh: Diy Ara
            Mengajar anak SMK itu menguras tenaga. Anaknya sering rame ketika pelajaran berlangsung. Tetapi, saya tidak pernah merasa tertekan. Karena mereka selalu membuat saya tersenyum, bahkan tertawa. Seperti suatu siang, ketika saya  mengajukan pertanyaan.
            “Siapa yang tahu, bagaimana langkah-langkah menulis surat?”
            Indra mengangkat tangan dengan semangat. “Yang pertama, siapkan kertas dan pulpen. Jangan lupa siapkan tangannya juga. Terus tinggal nulis suratnya, Bu.”
            “Duh, jawabannya ngaco. Jawabannya yang berbobot, dong!” kata saya sambil menahan tawa.
            “Iya, Bu. Kapan-kapan, kalau saya mau menjawab sambil bawa batu. Biar berbobot.”
            Tawa pecah di kelas itu, tak terkecuali saya.


 Pertanyaan Kritis
Oleh:  Diy Ara
            Seorang guru baru selesai menjelaskan materi membuat puisi. Seperti biasa, ia melanjutkan dengan seksi tanya-jawab.
            “Siapa yang mau bertanya?” Guru itu mengulang pertanyaan dua kali. Sampai akhirnya, ada siswi yang mengangkat tangannya.
            “Bu Guru, puisi baru itu dimulai dari Chairil Anwar, ya?”
            “Ini baru siswa aktif dan kritis. Semuanya harus seperti dia, ya!”
            Siswa-siswi malah tertawa.  Guru itu jadi bingung.
            “Bu, saya tidak mau seperti dia. Saya siswa yang masih sadar, dan tidak mau jadi siswa kritis. Saya takut disuntik.”
            Siswa-siswi tertawa. Guru itu juga tertawa. “Maksudnya, bukan siswa kritis tetapi pertanyaan yang kritis.”
           

 Sauna Gratis
oleh: Diy Ara
            Dua bulan lalu, Tante Damar menginap di kos saya, di Semarang. Sebenarnya, saya tidak enak melihat keringat yang terus mengucur di tubuh gendut Tante Damar.  Kipas angin kecil di kamar saya, tentu tak ampuh mengalahkan udara kota ini yang amat panas. Tak tega saya melihat Tante Damar lelah mengibas-ibaskan koran ke tubuhnya.
            “Tante Damar. Maaf, ya, kepanasan. Saya beliin es di warung dulu, ya!”
            Tante Damar malah tertawa. “Kalau kamu beli es, berarti usaha Tante sia-sia.”
            “Maksudnya?”
            “Usaha ngurusin badan. Dengan sauna di kamar kosmu, gratis!”
            “Hahaha! Ternyata ada hikmahnya kepanasan.”










2 komentar:

  1. Haha. Yah... gagal dimuat dong. Cian. Bwek!

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha kayanya juga garing -_- lo aja ketawa bukan gara-gara ceritanya tapi gara-gara gagal dimuat -_-

      Hapus

Copyright © 2015 ZAHRATUL WAHDATI
| Distributed By Gooyaabi Templates