Minggu, 10 Mei 2015

Review Novel “The Body in the Library” Karya Agatha Chistie



Judul               : The Body in the Library (Mayat dalam Perpustakaan)
Penulis            : Agatha Chistie
Tahun Terbit : Cetakan keenam: November 2002
Halaman         :  280 halaman
Penerbit         : Gramedia Pustaka Utama
ISBN                : 979-686-156-6

Jangan Percaya, Berpikirlah Logis

Okey kita mulai dari sinopsis singkat di cover belakang novel:
Kolonel Bantry membentak, “Maksudmu ada mayat di dalam pepustakaan saya—perpustakaan saya?” Kepala pelayannya berdehem, “Barang kali Tuan ingin melihatnya sendiri?”
Bagaimanakah sampai mayat seorang gadis bisa berada di ruang perpustakaan keluarga Kolonel Bantry? Mengapa gadis ini dibunuh? Siapa dia?
Sampai sini saja sinopsis singkat di cover bukunya, masalahnya kepotong sama kertas lebel perpustakaan UPGRIS. Jadi ketahuan kan aku minjem dari perpus -_-
Aku lanjutkan saja sinopsisnya dengan kata-kataku sendiri.
Mayat gadis muda berumur delapan belas tahun itu, memiliki dandangan yang sangat mencolok di antara perpustakaan yang antik, tempatnya ditemukannya mati. Menurut kesaksiaan sepupunya, mayat itu adalah Rubby Keene seorang penari di hotel. Tetapi kenapa dia bisa berada di perpustakaan Kolonel Bantry, padahal Kolonel Bantry mengaku bahwa tidak pernah mengenal gadis itu.
Pihak kepolisian terus menyelidiki kasus ini. Dari beberapa orang yang mungkin terkait dengan kematian Rubby. Tetapi semuanya, memiliki alibi yang tidak terbantahkan dan membuat mereka bebas dari tuduhan. Tentu membuat polisi kebingungan. Namun di sini ada tokoh Nona Marple perawan tua yang memiliki banyak pengalaman mengenai kasus yaitu menghubungkannya dengan kehidupan dusun. Belum kasus gadis muda itu terungkap, ada sebuah pembunuhan kembali yang menimpa Pamella gadis yang masih sekolah.  Dia ditemukan terbakar di dalam mobil. Dan kematian dua gadis itu ditafsirkan dibunuh oleh orang yang sama.
Nona Marple  meramalkan pasti bakal ada usaha pembunuhan ketiga!
Review:
Judul review aku rada-rada gimana gitu, entahlah ... Sebenernya aku tidak percaya bisa menyelesaikan membaca novel ini. Jujur selama sebulan ini aku belum pernah kelar menyelesaikan baca satu novel pun. Karena kekurangan waktu, aku lebih suka baca cerpen yang sekali duduk. Tetapi kali ini, selesai Jeng! :v padahal, sejak tadi pagi hatiku terus berteriak-teriak nyuruh aku nyelesain tugas kuliah. Tetapi gara-gara novel ini yang bikin sumpeh penasaran banget. Akhirnya, sampai aku nulis review ini aku belum ngerjain tugasnnya. -_-
Ini memang novel pertama Agatha Cristie yang aku baca. Hanya satu hari dari pagi sampai malam aku menyelesaikan membacanya. Dan aku langsung marah! Pengin langsung remes-remes tuh novel setelah selesai membacanya. Why? karena endingnya itu bener-bener ngecoh banget. Dari awal aku udah dibawa kemana-mana, awalnya di bawa ketempat yang cerah sampai aku memprediksi siapa pelakunya. Lalu semakin lama aku berada di hutan yang gelap dan tidak bisa memprediksi siapa pelaku pembunuhannya. Sampai penasaran siapa sih pelakunya! Apa motifnya cinta, uang, atau hal lain?
Karena itulah aku baca sampai kelar! Dan penulis benar-benar cerdik menempatkan jawaban siapa pelakunya dan apa motif sebenarnya. Kamu tahu di mana? di akhir bab, di halaman yang menyentuh halaman terakhir. Jadi kamu bakalan dibuat penasaran sampai akhir! Dan dibikin mengangga lebar diakhir karena apa yang diungkapkan diakhir benar-benar di luar perkiraan kita. Di luar banget! Kamu bakalan benar-benar tertipu! Oh berapa kali aku bilang, benar-benar?
Tapi jujur novel keren abis! Apalagi karakter tokoh-tokoh kuat banget! Aku suka sekali dengan Nona Marple, dia sungguh tokoh yang unik. Beberapa polisi tidak percaya dengan kehebatan Nona Marple, tetapi ternyata Nona Marplelah yang mengungkap kasus ini. Karena dia tidak memiliki sifat seperti polisi.
“Saya kuatirkan Anda akan menganggap ‘metode’ saya, sebagaimana yang dikatakan Sir Henry, amat amatiran. Terus terang saja sebetulnya kebanyakan orang dan--tidak terkecuali juga polisi—terlalu mudah percaya, di dunia yang jahat ini. Mereka mempercayai apa saja yang dikatakan orang kepada mereka. Saya tidak pernah berbuat demikian. Saya suka membuktikan sesuatu sendiri.” (hal. 268)
Saya juga suka sifat Tuan Jefferson yang kehilangan semua anak-anaknya saat kecelakaan dan juga kedua kakinya. Tetapi dia masih bisa berjuang hidup, menjadi sukses, bahkan ingin mengadopsi Ruby menjadi anak. Yang paling berkesan adalah kata-kata ini.
“.................Sebenarnya manusia lebih baik mati aus dibandingkan mati karatan.....”(hal.196)
Novel ini pantas dibaca, sangat pantas! Satu kata yang menggambarkan novel ini: Keren!
Aku kasih 5 bintang dari 5 bintang untuk novel ini.


2 komentar:

  1. Mencoba review masih lebih baik daripada membayangkan review

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini cuma untuk mengingat kalo udah pernah baca novel ini :)

      Hapus

Copyright © 2015 ZAHRATUL WAHDATI
| Distributed By Gooyaabi Templates