Minggu, 03 Mei 2015

Gana dan Kaci


Yeey! Cernak Ara kembali nangkring di Padang Ekpres :)
Kirimnya tanggal 27 April 2015, selesai buat revisi terus kirim. Lalu dimuat tanggal 3 Mei 2015. Awal bulan penuh semangat! Kalau mau baca versi padek silakan buka link ini :)
http://m.padek.co/detail.php?news=25255
Selamat Membaca :)



Gana dan Kaci
Oleh: Diy Ara

            Suatu siang, Kaci si Kancil sedang beristirahat sambil memakan timun. Upah membantu Jiji si Anjing menjaga kebun Pak Tani. Tiba-tiba dari kejauhan, datang Gana si Gajah. Kaci ingat cerita para hewan. Kalau Gana itu sangat sombong dan serakah.
            “Berikan timun-timunmu padaku!” perintah Gana.
            “Kalau aku tidak mau, kau bisa apa?”
            “Kakiku yang besar dan hebat ini akan menginjakmu!” ancam Gana.
            “Wah kakimu memang besar sekali, sedangkan kakiku kecil.” kata Kaci tetap tenang. “Tapi, aku tak percaya jika kakimu hebat. Aku perlu bukti.”
            Gana tertawa. Belalainya terangkat lalu melilit batang pohon besar yang roboh. Dan meletakannya di depan Kaci. “Baiklah, akan aku buktikan. Akan kuinjak batang pohon ini sampai hancur!”
            “Ist, bukan begitu cara kau membuktikan kehebatan kakimu.”
            “Lalu bagaimana?”
            “Ayo kita lomba lari.” tantang Kaci.
            “Hahaha! Kau bercanda Kaci? Kakimu yang kecil dan lemah itu mau melawan kakiku yang besar dan kuat ini? Langkahmu yang pendek-pendek itu, mau mengalahkan langkahku yang amat lebar?” ujar Gana mengejek.
            Kaci tersenyum. “Apakah kau takut melawanku?”
            “Takut? Tentu tidak! Sudah jelas pasti aku pemenangnya!” seru Gana sombong. “Kalau aku menang. Kau harus memberikan timun dan buah-buah segar setiap hari padaku selama satu bulan. Kau berani?”
            “Tentu. Jika aku menang, kau harus melakukan apa yang aku mau. Kau berani?”
            “Apa saja yang kau mau, akan  kulakukan. Tetapi, aku yakin, aku pasti yang menang.”
            “Lihat saja nanti. Siapa dulu yang sampai ke rumah Jiji itu pemenangnya.” ujar Kaci.
            “Sebentar ... Aku akan memanggil para hewan untuk menyaksikan kemenanganku.”
Belalai Gana mengeluarkan suara amat keras. Kaci sampai harus menutup telinganya. Hewan-hewan mulai datang satu per satu. Ada Kimta kura-kura, Moni monyet, dan banyak lagi.
“Aku dan Kaci akan lomba lari untuk membuktikan kaki mana yang lebih hebat!” jelas Gana membuat hewan-hewan itu terkejut.
“Langkahmu lebar-lebar, sedangkan Kaci langkahnya pendek-pendek. Ini lomba yang tidak adil!” protes Kimta. Dan hewan-hewan lain bersorak menyetujui.
“Mereka saja mengakui aku pemenangnya, Kaci! Hahaha!”
 “Ayo kita buktikan saja!” Kaci memasang ancang-ancang untuk lari. “Kimta, kau hitung dari satu sampai tiga!”
“Baik. Bersiap! Satu ... dua ... tiga!”
            Kaci lari dengan kencang dan memimpin pertandingan. Jauh meninggalkan Gana yang belum lari. Masih duduk di garis start sambil memakan timun Kaci. Setelah habis, dia baru lari. Kakinya yang besar mengetarkan tanah. Merasakan Gana semakin dekat. Kaci mempercepat larinya. Namun, langkah kaki Gana yang lebar tidak sebanding dengan langkah kaki Kaci. Sekarang Gana sudah mendahului Kaci.
            “Lambat sekali kau, Kaci!” ejek Gana sambil memperlambat langkahnya. “Ohya, tadi aku habiskan timunmu. Toh, itu akan menjadi milikku. Karena aku pemenangnya!”
            Gana kembali berlari dengan langkah lebar dan jauh meninggalkan Kaci. Setelah beberapa jam kemudian, Kaci bisa melihat Gana dari kejauhan.
            Gana berdiri di depan kubangan lumpur. Sepertinya lumpur itu dalam. Dia tidak berani menyeberanginya. Padahal rumah Jiji sudah terlihat oleh Gana. Sayangnya, gajah tidak bisa melompat.
            Hap! Kaci melompati kubangan lumpur itu. Dari seberang Kaci berkata, “Kau bisa lewat jalan memutar.”
            Gana pun lewat jalan lain. Jalan memutar yang jauh sekali. Hingga sesampainya di rumah Jiji, Gana lelah dan malu. Pasti Kaci sudah lama sampai di rumah Jiji.
            “Aku mengaku kalah, apa yang kamu mau Kaci akan aku turuti.”
            “Kau sudah melakukannya. Aku ingin kau berusaha keras hingga sampai di sini. Dan ini bayaran untuk usahamu.” Kaci memberikan sekeranjang timun dan buah. “Apa kau mau membantu aku dan Jiji menjaga kebun Pak Tani?”
            Gana mengangguk. Dia sungguh terharu dengan kebaikan Kaci. Mulai pagi harinya, Gana membantu Kaci mengusir burung-burung dengan kipasan belalainya. Sebagai imbalannya dia mendapat sekeranjang buah dan timun dari Pak Tani. Gana sadar untuk mendapatkan sesuatu harus berusaha terlebih dahulu.
-tamat-

            Semarang, 27 April 2015

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2015 ZAHRATUL WAHDATI
| Distributed By Gooyaabi Templates