Sabtu, 16 Mei 2015

"Mataharimu" Kumcer Bertahan Demi Cinta

Ini kumcer petamaku :)



MATAHARIMU
OLEH: ZAHRA DIYZHA

Dulu dia bilang, “Aku adalah matahari yang selalu dilihatnya, harinya akan menjadi dingin tanpaku, dan dia tidak mau kehilanganku.”
 Namanya, Yulian. Kami berpacaran sejak kelas 3 SMP, sekarang sudah tiga tahun. Sejak sebulan lalu, dia berubah. Aku sering dibentak, didorong, bahkan hari ini sebuah tamparan mendarat di pipiku karena terus-terusan memintanya berhenti mengeluti hobi barunya: tawuran dan balapan liar.
            “Bagaimana kalau kita akhiri saja hubungan kita?”
            “Jangan bercanda, Yul!” Aku menangis. Ada ruang di hatiku yang terasa ngilu.
            “Pulanglah, Fa! Lupakan, aku.”  Dia pergi bersama teman-temannya.
            Awalnya dia menyuruh menjauhinya, kali ini dia menyuruhku melupakannya? Aku yakin, kata-kata itu berlainan dengan hatinya! Sebenarnya, dia tidak mau kehilanganku.
            Pertengkaran kami dimulai saat aku tak sengaja menemukan pisau di ranselnya, dan luka lebab ditangannya. Dia tak menjawab pertanyaanku tentang itu. Sehingga, aku  pun membututinya diam-diam. Aku mendengarkan percakapan Yulian dengan teman-teman barunya. Mereka sedang membuat taktik balas dendam kepada  SMK sebelah.
            Pukul sepuluh malam. Ketika aku sudah tertidur. HPku berbunyi. Telepon dari adiknya Yulian. Ada dua suara berbeda. Suara tangisan adik Yulian dan  pertengkaran orang tua. Deg! Dua masalah besar kudengar secara bersamaan. Ayah Yulian memaki Istrinya yang berselingkuh. Dan adik Yulian mengatakan Yulian belum pulang.
            “Jadi alasan Yulian berubah itu karena kecewa pada orangtuanya?”
            Segera, ku kendarai motorku  menuju jalan yang biasa menjadi tempat balap liar.  Di sana sudah banyak orang yang berdiri di pinggir-pinggir jalan, bersorak. Aku mendekat ke dua motor yang bersiap di tengah-tengah lintasan.
            Yulian yang sedang menunggangi motornya membelalak, namun lekas-lekas bersikap dingin kembali. “Kalau kedatanganmu untuk menyuruhku berhenti, itu sia-sia.”
            “Tidak sia-sia, karena aku milikmu”
            “Aku tidak pantas memilikkimu, kamu dari keluarga baik-baik, Fa.”
            “Aku tidak peduli, karena aku mencintaimu.”
            “Aku tidak mencintaimu!” bentaknya. Dia mengengas keras motornya sambil berulang kali membunyikan klason. “Minggir! pertandingan akan dimulai!”
            Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan. Aku menoleh dan melihat seseorang menaiki motor yang terpakir di pinggir motor Yulian. Aku seperti mengenali sosok tinggi, tampan dengan tato kelelawar di lehernya. Dia Dio, pembalap liar nomor satu yang sering dibicarakan teman-teman. Aku mengigit bibirku, khawatir..
            “Jika memang kamu tidak mau berhenti.” Kami saling menatap. “Jadikan aku bahan taruannya!”
            “Jangan gila, Fafa!”
            “Wow, taruhan yang bagus. Aku setuju. Tenang, Sayang, aku akan memenangkan balapan ini demi kamu.” kata Dio.
            Otakku sepertinya sudah tak waras. Bagaimana jika aku berakhir di tangan Dio? Jemariku bergetar ketakutan. Aku menatap dalam-dalam sosok Yulian yang menunduk.
            Tiba-tiba napasku berjeda ketika Yulian mengenggas motornya hingga terdengar suara raungan bising.  Ditambah suara sorak-sorak penonton. Itu kah tanda dia akan memulai pertandingan. Air mataku hampir meleleh. Jadi dia merelakanku menjadi bahan taruhan.
            “Aku berhenti. Perutku mulas.” Yulian menatapku sambil tersenyum. “Ayo naik, Fa!”
            “Yulian!” Aku pun naik ke bocengan sambil menghapus air mata haru.  “Aku akan selalu di dekatmu, seperti matahari, dan tidak akan membiarkanmu melakukan hal bodoh seperti ini, untuk melarikan diri. Kita akan akan menghadapi masalah itu bersama!” batinku berkata.
(*)

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2015 ZAHRATUL WAHDATI
| Distributed By Gooyaabi Templates