Jumat, 23 Maret 2018

Cerpen Meikardus Dimuat Majalah Derap Guru Edisi Januari


                                                                 
cerpen-majalah-derap-guru


MeiKardus
Oleh: Zahratul Wahdati

Aku anak perempuan berambut panjang. Mirip anak di iklan yang bolak-balik diputar di layar lebar dekat lampu merah. Anak di iklan itu naik mobil, aku juga. Aku sampai bosan, naik-turun mobil (bus) untuk menjual koran. Aku juga sama sepertinya, ingin segera pindah ke rumah setinggi tower itu.
Tetapi, aku tahu. Rumah setinggi tower itu dibangun untuk anak-anak yang ingin menjauh dariku. Tidak mau dekat-dekat denganku, apalagi berteman. Huh! Aku juga ingin ada orang baik membangun tempat tinggal khusus untukku.
Dan tak lama, ketika walikota baru diangkat, harapanku itu terkabul. Walikota baru itu berjanji akan membangun tempat tinggal untukku, untuk teman-temanku juga. Katanya, tempat tinggal untuk kami akan dibangun di antara gedung-gedung tinggi.
Lihat saja! Sebentar lagi, aku akan pindah ke rumah baru. Soalnya, rumahku dan rumah-rumah lain telah dilahap si dinosaurus berwarna kuning. Lehernya panjang, kepalanya besar, dan giginya tajam-tajam. Seram.
Sebelum tempat tinggal baruku selesai dibangun oleh walikota yang baik itu, aku harus bersabar. Sungguh, aku tidak apa-apa tidur di emperan toko diselimuti koran, dan nyanyian nyamuk yang berdengung di telinga setiap malam.
***
Waktu berlalu amat cepat. Sudah hampir dua tahun, walikota belum juga menyelesaikan membuat rumahku. Mungkin, walikota ingin rumahku teramat nyaman dan indah. Makanya, rumahku belum jadi-jadi.
Aku sabar menanti rumah baruku. Berbeda dengan orang dewasa, mereka marah-marah. Bersama-sama membawa papan-papan dan sepanduk. Sesampainya di depan kantor walikota, mereka membakar puluhan ban, berteriak-teriak meminta rumah baru mereka secepatnya diselesaikan.
Orang dewasa yang marah-marah itu baru berseru senang ketika walikota keluar. “Tempat tinggal kalian sudah selesai dibangun. Hari ini akan saya resmikan. Mari ikut saya!” kata walikota.
Mereka mengikuti walikota dengan wajah cerah. Mereka berbinar-binar ketika melihat tempat tinggal baru mereka. Dengan tak sabar, mereka menunggu walikota mengunting pita sebagai simbol peresmian bangunan ini.
Tepat ketika walikota mengunting pita, mereka bergegas berlari ke rumah baru mereka. Di tatapnya rumah yang terbangun dari kardus itu dengan mata terharu. Bersyukur.
Inilah Meikardus. Aku pindah ke sini.(*)
Zahratul Wahdati,
Alumni UPGRIS 2017



 Cerpen dimuat di Majalah Derap Guru Edisi Januari 2018






0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2015 ZAHRATUL WAHDATI
| Distributed By Gooyaabi Templates