Cerpen Meikardus Dimuat Majalah Derap Guru Edisi Januari
MeiKardus
Aku
anak perempuan berambut panjang. Mirip anak di iklan yang bolak-balik diputar
di layar lebar dekat lampu merah. Anak di iklan itu naik mobil, aku juga. Aku
sampai bosan, naik-turun mobil (bus) untuk menjual koran. Aku juga sama
sepertinya, ingin segera pindah ke rumah setinggi tower itu.
Tetapi,
aku tahu. Rumah setinggi tower itu dibangun untuk anak-anak yang ingin menjauh
dariku. Tidak mau dekat-dekat denganku, apalagi berteman. Huh! Aku juga ingin ada
orang baik membangun tempat tinggal khusus untukku.
Dan
tak lama, ketika walikota baru diangkat, harapanku itu terkabul. Walikota baru
itu berjanji akan membangun tempat tinggal untukku, untuk teman-temanku juga.
Katanya, tempat tinggal untuk kami akan dibangun di antara gedung-gedung
tinggi.
Lihat
saja! Sebentar lagi, aku akan pindah ke rumah baru. Soalnya, rumahku dan
rumah-rumah lain telah dilahap si dinosaurus berwarna kuning. Lehernya panjang,
kepalanya besar, dan giginya tajam-tajam. Seram.
Sebelum
tempat tinggal baruku selesai dibangun oleh walikota yang baik itu, aku harus
bersabar. Sungguh, aku tidak apa-apa tidur di emperan toko diselimuti koran,
dan nyanyian nyamuk yang berdengung di telinga setiap malam.
***
Waktu
berlalu amat cepat. Sudah hampir dua tahun, walikota belum juga menyelesaikan
membuat rumahku. Mungkin, walikota ingin rumahku teramat nyaman dan indah.
Makanya, rumahku belum jadi-jadi.
Aku
sabar menanti rumah baruku. Berbeda dengan orang dewasa, mereka marah-marah.
Bersama-sama membawa papan-papan dan sepanduk. Sesampainya di depan kantor
walikota, mereka membakar puluhan ban, berteriak-teriak meminta rumah baru
mereka secepatnya diselesaikan.
Orang
dewasa yang marah-marah itu baru berseru senang ketika walikota keluar. “Tempat
tinggal kalian sudah selesai dibangun. Hari ini akan saya resmikan. Mari ikut
saya!” kata walikota.
Mereka
mengikuti walikota dengan wajah cerah. Mereka berbinar-binar ketika melihat
tempat tinggal baru mereka. Dengan tak sabar, mereka menunggu walikota mengunting
pita sebagai simbol peresmian bangunan ini.
Tepat
ketika walikota mengunting pita, mereka bergegas berlari ke rumah baru mereka.
Di tatapnya rumah yang terbangun dari kardus itu dengan mata terharu. Bersyukur.
Inilah
Meikardus. Aku pindah ke sini.(*)
Zahratul Wahdati,
Alumni UPGRIS 2017
0 komentar:
Posting Komentar