Membiarkan
Membiarkan
Oleh: Zahratul Wahdati
PENUMPANG
BERGEGAS masuk kereta. Sedangkan, aku menatap punggungmu—aku melihatmu. Dan
membiarkanmu berlalu. Seorang ibu setengah baya menegurku untuk cepat masuk. Hanya
kujawab senyum sekenanya.
“Aku ingin melesat ke arahmu.” Di dadaku
ada yang rusak saat ini. Aku perlu waktu untuk menguasai perih itu.
Punggungku menyandar pada tiang
peron. Peluit kereta melengking. Memekakan. Dari kaca jendela kereta yang mulai
bergerak lambat. Kudapati balita yang mengetuk-ngetuk kaca. Tersenyum. Matanya mirip
kamu. Polos. Ceria. Cemerlang.
“Aku tetap harus pergi.”
Aku menunggu kembali kereta
berikutnya, Setelah membeli tiket ke jurusan yang sama. Tetapi, akhirnya aku
tidak jadi pergi hari itu. Sebab rel kereta tidak dapat dilewati, ada
kecelakaan di sana. Dan kau sudah pasti tahu itu, kereta yang membawa balita
mirip kamu itulah yang mengguling. Meledak. Kau pasti berharap, aku sekarang sudah
mati terbakar dalam kereta itu.
Semarang, 2
Mei 2017.
Catatan:
kelanjutan cerita sebelumnya.
0 komentar:
Posting Komentar