Rabu, 23 Desember 2015

Cernak Koran Solo Post, Gaun Biru Selen Dimuat Minggu, 20 Desember 2015


Ini cerpen perdana Ara yang dimuat di Cernak Koran Solo Post. Ide cerita ini didapatkan dari atikel di Majalah Bobo yang mengatakan bahwa nyamuk sangat suka hinggap di warna biru, dibandingkan warna lain. Dari artikel itulah cerpen ini Ara buat. Memberikan kepada pembaca ilmu dan pengetahuan tentang fakta unik nyamuk. Awalnya cernak ini sudah dua kali dikirim ke koran, selain Koran Solo Post, tetapi tidak ada kabar. Lalu Ara ganti nama tokoh yaitu Seon Kurcaci menjadi Selen, dan revisi dengan mengefektifkan kalimat-kalimatnya, dan akhirnya dikirim ke Koran Solo Post pada tanggal 1 Desember 2015. 19 hari masa tunggunya. Hehehe ....

Terima kasih. Selamat membaca ...


Gaun Biru Selen
Oleh: Zahratul Wahdati
            Selen si perancang gaun berjalan anggun menuju rumah Hira. Dengan sombong, ia memamerkan gaun yang dikenakannya kepada penduduk Negeri Marara. Gaun selutut itu berwarna biru terang. Sebuah mahkota bunga melingkar di kepala Selen.
“Hira, ayo berangkat!” teriak Selen sesampainya di rumah Hira. “Aku sudah tidak sabar bertemu, Yolli!”
Yolli adalah perancang pakaian ternama. Idola Selen.
Hira keluar dari rumah dan terkejut. “Selen, pakaianmu itu ....”
“Keren, kan? Pakaian ini khusus kubuat untuk menghadiri pesta ulang tahun Yolli. Aku tidak akan menjualnya. Jadi, jangan bermimpi untuk mendapatkannya, Hira!”
“Bukan itu maksudku, lebih baik kamu ganti pakaianmu. Aku akan menunggumu.”
Selen tertawa. “Aku tahu maksudmu. Pasti kamu takut kan, para wartawan yang menghadiri pesta itu akan menyangka aku adalah Yolli. Sebab, dengan pakaian ini aku terlihat cantik dan mengaggumkan.”
“Bukan itu ....”
Selen memotong ucapan Hira lagi. “Apa kamu iri karena pakaianku lebih bagus dibandingkan pakaianmu.” Selen mengamati gaun ungu tua yang dikenakan Hira. Sangat sederhana.
“Kita akan melewati hutan Derona. Seharusnya, kamu jangan memakai pakaian berwarna terang. Soalnya ....”
“Warna biru itu warna kesukaanku. Lagi pula, pakaian biru terang ini malah akan bersinar di hutan Derona.” potong Selen cepat. “Ayo berangkat!”
Rumah Yolli berada di balik hutan Derona. Selen dan Hira baru kali ini, melewati hutan itu. Hutan itu amat lebat. Pohon-pohonnya tinggi dan rapat. Semak belukar tumbuh subur. Aroma dedaunnya sungguh segar.
“Ah, sepatuku kotor! Tanahnya becek.” keluh Selen mendapati air merembes masuk ke dalam sepatu kainnya.
Hira tenang-tenang saja, soalnya ia memakai sepatu bot. Jadi, kakinya tidak basah. “Kemarin kan, Pak Jeto si pencari kayu sudah menyarankan kalau kita harus memakai sepatu bot.”
“Ke pesta menggunakan sepatu bot? Nanti bisa-bisa kita ditertawakan.” Tangan Selen sibuk menepuk nyamuk-nyamuk yang mengigitnya. Nyamuk-nyamuk itu banyak dan ganas. Sunggut penghisapnya bahkan menembus pakaian Selen. “Aduh! Nyamuknya banyak sekali!”
“Tadi, aku kan menyuruhmu mengganti pakaian. Tapi, kamu tidak mau. Nyamuk itu sangat suka hinggap di tempat berwarna biru dibandingkan dengan tempat berwarna lainnya.”
“Tidak mungkin aku menganti pakaian ini. Kan sudah aku bilang, aku membuat pakaian ini khusus untuk menghadiri pesta Yolli!” Selen sangat kesal. Bukan hanya karena nyamuk yang tak berhenti menghinggapinya. Tetapi, Selen merasa Hira sangat cerewet.
Hira akhirnya diam saja, karena tidak mau bertengkar dengan Selen.
“Nyamuk itu tidak suka bau harum kan?” Selen merogoh  saku celananya. Ia menyemprotkan parfum ke tubuhnya.
“Berhenti, Selen! Jangan memakai parfum!” pekik Hira.
Selen tidak mendengarkan ucapan Hira. Ia malah menyemprotkan parfum berulang-kali ke tubuhnya. Udara menjadi sangat harum. Membuat Hira menutup hidungnya dengan tangan.
“Sudah, Selen! Nanti ....”
“Nanti nyamuknya mati, kasihan!” Selen tertawa sambil melangkah mendahului Hira.
Ngung ngung ngung .... Tiba-tiba, gerombolan lebah terbang menuju ke arah Selen. Mengejar Seon yang berusaha lari sekencangnya.
“A! Tolong aku, Hira! Aduh!” teriak Selen kencang. Beberapa lebah berhasil mengigit lengan, kaki, dan wajahnya.
 Hira berlari mengejar Selen. Ia mencoba membantu, tetapi ia tidak tahu cara mengusir para lebah. Mata Hira melebar, ketika telinganya mendengar suara arus air sungai yang deras. “Selen, cepat lompat ke air sungai!” teriak Hira.
Tanpa berpikir panjang, Selen melompat ke air sungai dan menyelam. Beberapa detik kemudian, kepalanya muncul ke permukaan. Ia bernapas lega, melihat lebah pergi menjauh.
“Lebah sangat menyukai bau wangi-wangian. Maafkan aku membuat gaunmu basah.” kata Hira sambil membantu Selen keluar dari air sungai.
“Aku yang harusnya minta maaf. Harusnya aku mau mendengarkan nasehatmu. Dan terima kasih karena sudah menolongku.”  Selen tersenyum. “Ayo kita pulang!”
“Tidak mau! Meskipun gaunmu basah, kamu harus tetap datang ke pesta Yolli. Kita sudah berjanji padanya.” Hira mencoba meyakinkan.
“Baiklah!”
            Beruntung Selen mendengarkan nasehat Hira untuk tetap datang ke pesta Yolli. Meskipun, di pesta itu para hadirin menatap aneh karena gaun Selen basah. Tetapi, Yolli sangat senang dengan kehadiran mereka. Bahkan, Yolli memberikan gaun rancangannya kepada Selen. Selen melompat-lompat kegirangan. Ia tidak percaya akan mendapatkan pakaian dari idolanya. Ini semua berkat Sahabatku, Hira. Batin Selen.(*)
Universitas PGRI Semarang, 30 November 2015










0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2015 ZAHRATUL WAHDATI
| Distributed By Gooyaabi Templates