Rabu, 11 Februari 2015

Kimta si Kura-kura

Ini cernak pertamaku yang dimuat di koran, akhirnya ..... seneng  rasanya ketagihan pengin bisa dimuat lagi! Semoga setelah ini akan ada lagi karya-karyaku yang muncul... terimakasih untuk teman-teman yang sudah membantu dan tidak bosan menyemangati saya, love youu ....

Di Muat di Padang Ekpress 8 Febuari 2015
Kimta Si Kura-kura
Karya: Diy Ara

Di sebuah hutan, hiduplah dua hewan yang berbeda sifat. Niwa seekor monyet yang sombong dan pelit. Sedangkan, Kimta kura-kura yang  ramah dan suka berbagi makanan. Suatu hari, Kimta kelelahan saat mencari makanan. Tenaganya habis karena belum makan sejak pagi. Ia pun beristirahat di bawah pohon.


 “Hei, hewan lambat!” sapa Niwa. Monyet itu sedang duduk di atas pohon.
“Hai Niwa. Kamu sedang apa?”
 “Aku sedang makan buah-buahan yang baru selesai aku kumpulkan. Ehm, lezat sekali!” Niwa dengan rakus memakan pisangnya.
Perut Kimta berbunyi, ia sangat lapar. “Niwa, aku sangat lapar. Bisakah ...”
“Tidak! Jangan meminta makananku. Kamu cari makananmu sendiri!” potong Niwa cepat.
“Bukan itu ...”
“Salah sendiri, kamu membagi-bagikan makananmu dengan hewan lain,” potong Niwa lagi.
Kimta tersenyum, lalu berkata dengan lembut, “Aku tidak meminta makananmu, dan setiap aku berbagi makanan, aku tidak pernah mengharapkan balasan. Aku hanya ingin bertanya, bisakah kamu menunjukan arah di mana terdapat makanan?”
Niwa tertawa keras, sampai makanan di mulutnya keluar. “Di mana-mana ada makanan, lihat di pohon ini banyak apel, di pohon yang kamu lewati ada jeruk, mangga, dan buah lainnya.”
“Iya, aku tahu. Tetapi, aku tidak bisa memanjat.”
“Kasihan sekali, kamu memang hewan paling menyedihkan.”
Kimta diam saja.
“Lihat, makananku banyak sekali. Beraneka macam dan segar-segar.” Niwa memamerkan keranjangnya yang penuh dengan makanan. “Aku adalah hewan yang memiliki banyak kelebihan. Aku bisa memanjat dan melompat dari pohon ke pohon lainnya. Mataku sangat jeli melihat makanan. Tidak sepertimu yang tidak memiliki kelebihan apapun!”
 “Apakah benar matamu sangat jeli? Bisa menemukan apapun?”
“Tentu saja, kamu tidak percaya?”
“Coba buktikan. Kita bermain petak umpet, aku akan bersembunyi dan kamu harus menemukanku.”
“Itu mudah. Jika aku bisa menemukanmu, kamu harus mengakui di depan hewan lain, bahwa Niwa adalah hewan yang hebat. Dan jika aku tidak menemukanmu sampai senja nanti, kamu boleh ambil keranjang makananku. Tetapi, aku yakin, itu tidak akan mungkin. Hahaha!” ujar Niwa sombong.
“Baiklah, kita mulai!”
Niwa menutup mata lalu mulai menghitung. Sedangkan, Kimta dengan langkah lambat berusaha mencari tempat persembunyian.
“Sepuluh!” Niwa membuka mata. Pasti mudah menemukan Kimta, ia tidak bersembunyi jauh-jauh karena langkahnya lambat, pikir Niwa.
Sayangnya, pikiran Niwa tidak seperti kenyataan. Matahari hampir tenggelam, tetapi Kimta belum ditemukan. Niwa ketakutan, ia tidak mau kalah dan menyerahkan keranjang berisi makanannya.
“Baiklah, aku mengaku kalah, aku tidak bisa menemukanmu,” kata Niwa kecewa sambil duduk di atas batu. “Silakan kamu ambil keranjang makananku.”
“Tidak perlu!”
Niwa terkejut mendengar suara batu yang ia dudukki. Ia bangkit dan melihat batu itu mengeluar kaki dan kepala. Ternyata itu adalah tempurung Kimta.
“Aku tidak ingin keranjang makananmu, aku hanya ingin berteman denganmu, Niwa.”
Mendengar itu Niwa terharu. Dia tidak menyangka, Kimta tetap baik padanya. Padahal, selama ini dia sangat jahat pada Kimta. Niwa pun sadar atas kesalahannya. Dan sejak saat itu, mereka menjadi sahabat baik.
-selesai-









3 komentar:

Copyright © 2015 ZAHRATUL WAHDATI
| Distributed By Gooyaabi Templates