Jumat, 13 Februari 2015

Merelakanmu Menjauh, Sebagai Bentuk Kasih Sayangku Untukmu

Entahlah, aku yang kurang dewasa atau dia yang tidak bisa mengerti bahwa aku memang kurang dewasa. Egois vs egois. Mau menang vs mau menang. Paling benar vs paling benar. Kita sama-sama tidak mau mengalah. Kadang, aku memang minta maaf karena aku dianggap salah oleh dia. Kan, aku masih kurang dewasa jadi ya sudahlah aku mungkin memang salah.

Aku sudah mencoba menjadi apa yang dia inginin, berhenti menjadi ratu drama, berhenti bersikap kekanak-kanak. Itu bukan hal yang mudah untukku. Sumpah bukan hal yang mudah. Karena kenapa aku melakukannya, karena aku sayang dia. Sayang banget. Sampai-sampai kadang aku ingin mengatakan. Gantian dong, kamu juga harusnya jangan terlalu sensitif sedikit-sedikit ngambek. Sedikit-sedikit diemin aku. Sedikit-sedikit ngomong aku alay. Sedikit-sedikit cuekin aku. sedikit-sedikit bikin aku nangis. Sedikit-sedikit bilang aku cengeng.
Udah dua kali aku dihapus dari pertemanan fbnya. Karena hal yang menurut orang yang kurang dewasa ini sepele. Yang pertama karena dia muak dengan status-statusku yang drama banget dan suka memperbesar masalah, dan dia bilang aku manja banget. Kalau ini, dia benar. Dan aku merasa salah. Makanya aku pun langsung minta maaf dan berjanji tidak akan bikin status-status alay lagi. Dia nggak tahu, menghilangkan kebiasaan ini bukan hal mudah untukku. Sungguh bukan hal mudah.
Kenapa? Lewat status fb aku yang pendiam ini, bisa mengungkapkan apa yang aku pendam dalam hatiku. Rasanya plong sekali. Aku bisa berubah jadi orang yang cerewet lewat kata. Aku bisa melihat siapa yang peduli denganku, dengan menulis cerita sedihku. Aku bisa mendapatkan solusi dari teman-teman fb dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Bahkan ada teman-temanku yang cerita, dia menyukai status fbku. Katanya, lucu dan jleb banget. Itu seperti hiburan ketika aku merasa sendiri di kamar kost yang sunyi.
 Aku merasa tidak memiliki teman untuk berbagi hal-hal yang menurutku tidak bisa dijelaskan. Dan mungkin mereka tidak akan mau mendengar. Mungkin juga seperti dia, mereka mungkin jika mendengar ceritaku, mereka akan enek dan tidak mau mendengarnya. Menganggap aku manjalah, suka memperbesar masalahlah. Tetapi, sungguh aku sadar itulah aku. Manusia hidup memiliki sifat buruk dan sifat baik. Tidak mungkin manusia memiliki sifat baik semua. Dan itu sifat burukku. Sifat yang seharusnya dia, sebagai sahabatku, bahkan sudah aku anggap kakakku mengerti. Paham. Dan seharusnya dia bisa melengkapi kekuranganku itu. Tetapi, ya sudahlah. Aku tidak tahu lagi.
Akhirnya dia mengeaad aku lagi, setelah aku sama sekali tidak menulis status lagi. Senang karena dia sudah memaafkanku, tetapi di sisi lain aku merasa ada beban yang benar-benar berat. Ada sesuatu kehilangan. Aku tidak memiliki pelampiasan ketika aku sendirian di kamar kos yang sunyi. Aku tidak bisa mengucapkan apa pun. Sungguh aku merasa tertekan. Sungguh aku bosan, dan tidak tahu harus melakukan apa lagi untuk menghilangkan perasaan ini. Aku terima, kalau kau yang membaca tulisan ini, menganggap aku terlalu memperbesarkan masalah. Tetapi, itulah yang aku rasa. Dan aku tidak peduli anggapan orang lain.
Tetapi sayangnya pertemanan kami di fb tidak berjalan lama, januari 2015 kemarin, dia menghapus pertemanan denganku lagi. Lagi-lagi menurut orang yang kurang dewasa ini, karena hal sepele. Karena aku menghapus coment-comenan dengan seseorang di status fbku. Mereka tidak mengomentari statusku. Mereka ngobrol sendiri. Aku menghapus coment-comenannya mermaksud bercanda. Tetapi karena dia terlalu sensitif dia menghapus pertemanan denganku.
Awalnya aku bener-bener tidak tahu, kalau dia menghapus pertemanan denganku. Karena hubungan kami memang tidak sedekat dulu. Ia tidak mau lagi mengomentari cerpenku lagi. Jadi aku mencari teman yang lain, yang mau mengomentari cerpenku, memberi kritik dan saran. Aku mengetahui, dia menghapus pertemanan. Ketika seorang teman bertanya, sudah dimasukin grup baru sama dia, dia bikin grup baru loh. Belum. Semua teman-teman sudah di masukin ke grup itu, dan aku belum. Dan ternyata, aku baru tahu dia menghapus pertemananku. Sungguh sebelumnya aku tidak mengerti apa salahku lagi, padahal selama ini aku jarang ngobrol lagi sama dia. Karena dia sangat-sangat berarti untukku, makanya aku telepon dia. Dengan sabar aku menunggu, dia mengangkat teleponku. Awalnya dibiarkan oleh dia hingga telepon mati. Lalu dimatikan oleh dia karena aku terus menelpon. Dan akhirnya setelah sembilan kali aku menelepon akhirnya dia mengangkatnya.
Dia mengatakan apa salahku. Dan aku pun minta maaf. Dia bilang kalau aku masih mencoba dewasa dan belum dewasa, dia tidak akan confrim pertemanan denganku dan coba go to media. Oke aku berjanji akan dewasa. Tetapi, sungguh semudah itukah jadi dewasa. Entah kapan aku dewasa. Entah kapan dia confrim aku. Dan aku coba berusaha go to media.
Sayangnya, ketika akhirnya karyaku bisa dimuat di koran. Dia dengan jahatnya bilang, aku plagiat tulisannya. Padahal, dia pernah mengajari aku untuk mengikuti awalan cerita yang baik. Dan hal itu aku terapkan dalam tulisanku, aku modifikasi awalan tulisannya (3 kalimat). Tetapi, dia bilang aku tetap plagiat, bukan hanya awalan tetapi semua. Aku dengan tegas menyangkal tuduhan itu. Karena aku sungguh tidak plagiat, aku hanya terinpirasi dari tulisannya. Tetapi, dia bilang seharusnya aku minta maaf bukannya malah menyangkal.
Aku tetap menyangkal. Karena aku benar. Aku bukan plagiat seperti apa yang dia tuduhkan! Seharusnya dia yang minta maaf. Lalu aku bertanya pada teman yang sudah S2 sastra bahasa indonesia. aku minta pendapat. Aku kirim cerpenku dan cerpennya. Dan dia bilang itu bukan plagiat. Awalan hanya terpengaruh olehnya, orang yang saya idolakan. Sayangnya ketika aku menyangkal dengan alasan temanku yang S2 itu. berakhir dengan aku di blokir oleh dia. Orang yang saya idolakan. Dia sudah tidak akan peduli, tidak akan bicara denganku, dan tidak akan respek lagi denganku. Dia tetap mengatakan aku plagiat. Plagiat, epigon, dan terpengaruh itu beda. Tetapi, dia tidak mau mengerti dan dia selalu ingin dianggap benar.
Kali ini aku nggak nangis, dan nggak mau ngemis kata maaf dari dia. Kerena aku yakin, dengan diriku. Bahwa aku benar. Dan aku akan tetap akan mempertahankan bahwa aku benar. Entah dia bilang aku keras kepala atau kekanak-kanakan. Yang aku tahu, bahwa aku benar.
Aku ingin bertanya, apa selamanya orang dewasa itu benar? Apa selamanya orang yang dianggap kurang dewasa itu selalu salah?
Apakah  orang yang kurang dewasa menjawab tidak itu salah? Apa menjawab tidak setuju itu selalu salah? Mempertahankan argumentnya juga salah, hah!
Ada dua nasehat orang dewasa, termasuk dia yang tidak aku lakukan malah aku tentang.
Pertama dia yang mengatakan aku plagiat dan harus minta maaf.
Aku tidak minta maaf. Padahal, biasanya aku minta maaf walaupun tidak salah. karena tidak salah kan, orang yang tidak salah mengalah untuk minta maaf terlebih dulu. Agar masalah selesai dengan damai. Tapi kasus ini, aku tidak mau minta maaf. Karena aku dituduh sejahat itu oleh orang yang aku sayangi.
Kedua ketika mereka menyuruh aku setuju mamaku menikah lagi.
Aku tetap tidak setuju. Karena mereka tidak tahu keadaan mama dan keluarga alm papah. Mereka tidak tahu bagaimana susahnya menyambung tali yang diputus oleh keluarga alm papah. Dan aku takut, tali itu akan terputus lagi jika pernikahan itu terjadi. bolehkan aku tetap tidak setuju?
Sekarang dia sudah menyerah menghadapiku. Dan aku kehilangan orang yang aku sayang. Dan aku berharap tidak apa-apa.
Mungkin aku juga menyerah menghadapinya. Dan aku mungkin akan merelakannya. Dan aku berharap dia bahagia karena ini.
Aku tidak dia akan marah, semakin marah, atau super marah membaca tulisan ini. Aku mencoba tidak ingin tahu. Aku hanya ingin dia tahu, perasaanku.
Terimakasih sudah mau bertahan selama satu setengah tahun mengenalku. Terimakasih untuk semuanya yang kau berikan untuk. I love you ...

Tepat di hari kasih sayang, 14 Februari 2015, pukul 9.21





2 komentar:

  1. halo, Terima kasih, artikel yang menarik~ informasinya bermanfaat, please check this web
    Kunjungi IT Telkom Jakarta:
    Website Kami
    Website Kami
    thankyou...

    BalasHapus
  2. yuhu, Terima kasih, artikel yang menarik~ informasinya bermanfaat, please check this web
    Kunjungi IT Telkom Jakarta:
    Website Kami
    Website Kami
    thankyou...

    BalasHapus

Copyright © 2015 ZAHRATUL WAHDATI
| Distributed By Gooyaabi Templates