Sabtu, 06 September 2014

Resensi Novel Surise at the Sunset, karya Monica Anggen



Judul               : Sunrise at the Sunset
Penulis             : Monica Aggen
Penerbit           :  PT GrasIndo
Tahun Terbit   : Cetakan Pertama, 2013

Tebal               : 330 halaman
ISBN               : 978-602-251-203-5

Peresensi      : Zahratul Wahdati, Mahasiswa PBSI Universitas PGRI Semarang.

                                       Awal Adalah Akhir, Akhir Adalah Awal

Pernahkah anda merasa kehidupan ini hampa tanpa kehadiran ‘dia’ yang teramat anda cintai, bahkan merasa bahwa warna dunia yang tersisa hanya hitam dan abu-abu? Karena warna pelangi telah lenyap bersama hilangnya sosok ‘dia’? Ya, itulah kisah yang dialami Sasa, sejak ia mengira kekasihnya, Ari, telah mati karena over dosis obat.
            Kisah ini dimulai saat Rudi terpana melihat Sasa memaksa kaki kakunya untuk bangkit di tengah guyuran hujan. Namun, sia-sia sebentar saja gadis itu berdiri, ia sudah limbung dan jatuh. Belum sempat Rudi melangkah mendekati Sasa, seorang laki-laki mendahuluinya dan memeluk tubuh Sasa. Lelaki yang tak pernah disangka akan hidup kembali, Ari. Ternyata Ari tidak mati, ia koma dan berjuang hidup demi Sasa. (h.16)
            Tetapi sikap Ari yang sekarang, bertolak belakang dengan Ari yang dulu. Sasa bimbang, Ari bagai dua orang yang berbeda dalam satu tubuh. Ada kalanya ia sangat pehatian. Di detik yang sama, Ari bisa berubah menjadi seseorang yang sama sekali tak dikenalnya. (h. 49)
            Ancaman tegas Ari membuat Sasa menjauhi Rudi, seseorang yang menemaninya saat Ari menghilang. Tetapi Rudi malah terus mendekatinya. Sasa tidak ingin mengakui hatinya yang sebenarnya. Ada cinta lain di dalam hati Sasa. Cinta yang tak sepenuhnya milik Ari. Cinta yang penuh rasa khawatir karena menginginkan Rudi, laki-laki setenang danau. (h.76)
            Kecemburuan Ari membuat sikapnya semakin kasar, ia menghajar Rudi di depan kelas. Sementara itu, Sasa yang histeris malah pergi dan tak sengaja bertemu dengan Rio. Lelaki yang selama ini diam-diam memotret kisah cinta Sasa itu menawarkan untuk melarikan diri dari masalah ini. Rio membawa Sasa ke Coban Rondo, tak disangka lelaki itu bisa membuat Sasa tertawa dan merenungi nasehat Rio tentang hubungannya dengan Ari dan keeogoisan Sasa kepada Rudi. (h. 133)
            Meski pertengkaran demi pertekaran seperti menjadi lagu Ari dan Sasa setiap hari, tapi Sasa masih memegang erat janjinya: Ari adalah cinta pertama dan teakhirnya. Lalu, semejak Ari terjun menjadi pembalap resmi, dan foto model di beberapa majalah sport. Perhatiannya berkurang pada Sasa. Suatu hari, Sasa memberanikan diri untuk menonton Ari balapan. Ari menang, namun hati Sasa ngilu menyaksikan Ari bermesraan dengan prempuan lain. Peristiwa lain yang membuat hati Sasa hancur ketika ia melihat seorang prempuan di ranjang Ari. Ari lelaki yang dipuja dan dicintainya itu sudah tak ada lagi dan berganti dengan wajah malaikat yang berhati seribu dewa kematian. (h. 252)
            Lalu siapa cinta sejati Sasa sesungguhnya? Begitulah pertanyaan yang tertulis di cover belakang yang mewakili rasa penasaran hingga membuat pembaca tak bisa berhenti hingga halaman akhir novel “Sunrise at the Sunset” karya Monica Aggen. Seperti maksud dari judul unik novel ini, warna matahari terbit dan terbenam sama saja. Awal adalah akhir. Akhir adalah awal. Cinta tidak pernah berhenti, selalu mengelingi kita seperti matahari.
Hanya saja dalam novel ini, ada kejanggalan pada kalimat: laki-laki itu sudah berubah tiga ratus enam puluh derajat. Logikanya berputar 360 derajat sama saja kembali ke titik semula, sehingga tidak ada perubahan; tetap sama. Namun itu tidak mengurangi keindahan diksi yang sederhana namun detail pada novel ini, alur dan konflik-konflik yang menyihir tangan pembaca untuk membuka lembaran selanjutnya, dan karakter-karakter yang begitu kuat dan ending tak terduga. Nilai moral pun tak lupa tersiratkan oleh penulis yang telah menerbitkan banyak novel ini,  yaitu percayalah pada hati kecil karena hati kecil akan menuntun kita kepada cinta sejati yang sesungguhnya.
Sunrise at the sunset benar-benar menyadarkan kita bahwa Tuhan kadang kala tidak memberikan apa yang kita harapkan, Ia selalu memberikan apa yang pantas untuk kita. Karena jodoh ada di tangannya.
__________________________________
Judul               : Sunrise at the Sunset
Penulis             : Monica Aggen
Penerbit           :  PT GrasIndo
Tahun Terbit   : Cetakan Pertama, 2013
Tebal               : 330 halaman
ISBN               : 978-602-251-203-5

Peresensi         : Zahratul Wahdati, Mahasiswa Jurusan Pend. Sastra dan Bahasa Indonesia Universitas PGRI Semarang.

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2015 ZAHRATUL WAHDATI
| Distributed By Gooyaabi Templates