Kamis, 24 April 2014

Tokoh Pujangga lama dan Karya-karyanya

Tokoh Pujangga lama dan Karya-karyanya
Diringkas oleh: Zahratul Wahdati (13410013)

A. Hamzah Fansuri
Riwayat hidup
Syeikh Hamzah Fansuri adalah seorang cendekiawan, ulama tasawuf, dan budayawan terkemuka yang diperkirakan hidup antara pertengahan abad ke-16 sampai awal abad ke-17. Nama gelar atau takhallus yang tercantum di belakang nama kecilnya memperlihatkan bahwa pendekar puisi dan ilmu suluk ini berasal dari Fansur, sebutan orang-orang Arab terhadap Barus, sekarang sebuah kota kecil di pantai barat Sumatra yang terletak antara kota Sibolga dan Singkel. Sampai abad ke-16 kota ini merupakan pelabuhan dagang penting yang dikunjungi para saudagar dan musafir dari negeri-negeri jauh.
Syeikh Hamzah Fansuri telah berhasil meletakkan dasar-dasar puitika dan estetika melayu yang mantap dan kukuh. Pengaruh estetika dan puitika yang diasaskan oleh Syeikh Hamzah Fansuri di dalam kesusasteraan Indonesia dan Melayu masih kelihatan sampai abad ke-20. Khususnya di dalam karya penyair pujangga baru seperti Sanusi Pane, dan Amir Hamzah, sastrawan-sastrawan Indonesia angkatan 70-an danarto dan Sutardi Calzoum Buchiri berada di dalam satu jalur estetik dengan Syeikh Hamzah Fansuri.
Peranan penting Syeikh Hamzah Fansuri dalam sejarah pemikiran dunia Melayu Nusantara bukan saja karena gagasan tasawufnya, tetapi puisinya yang mencerminkan pergulatan penyair menghadapi realitas zaman dan pengembaraan spiritualnya. Ia yang mengembangkan aliran wujuddiyah
Karya-karya Hamzah Fansuri
Di antara syair-syair Syeikh Hamzah Fansuri terkumpul dalam buku-buku yang terkenal, dalam kesusasteraan Melayu / Indonesia tercatat buku-buku syairnya antara lain :
1.      Syair Burung Pingai
2.      Syair Dagang
3.      Syair Pungguk
4.      Syair Sidang Faqir
5.      Syair Ikan Tongkol
6.      Syair Perahu
Karangan-karangan yang berbentuk kitab ilmiah antara lain :
1.      Asfarul ‘arifin fi bayaani ‘ilmis suluki wa tauhid
2.      Syarbul ‘asyiqiin
3.      Al-Muhtadi
4.      Ruba’i Hamzah al-Fansuri
Tanda kesufian yang banyak ditemukan di dalam syair-syair Hamzah Fansuri ialah anak dagang, anak jamu, anak datu, anak ratu, orang uryani, ungkas quddusi, dan kadang-kadang digunakan dengan nama pribadinya seperti Hamzah Miskin, Hamzah Gharib dan lain-lain.
Salah satu ciri penting yang melekat pada karya-karya penyair mistik atau sufistik sejak dahulu ialah ungkapan-ungkapan yang mengandung paradoks. Di dalam syair-syairnya Hamzah Fansuri sering menampilkan ucapan-ucapan syathyat bayazid dan al-Hallaj, dua wira sufi yang diteladaninya. Ucapan-ucapan terkenal kedua sufi itu ialah “subhani!” (terpujilah daku) dan “Ana al-Haqq” (aku ialah kebenaran kreatif). Selain berfungsi memadatkan pengucapan puitik, kutipan ucapan syathiyat ini memberikan suasana ekstase atau kegairahan mistik dan juga untuk mengukuhkan tafsir sufistik penyair terhadap ayat-ayat al-Qur’an dan hadits qudsi yang terdapat di dalam bait-bait sebelumnya, misalnya di dalam ikatan-ikatan yang menggambarkan pengalaman fana penyair.
Sabda rusul Allah Nabi kamu
Lama’a Allah sekali waqtu
Hamba dan Tuhan menjadi satu
Inilah ‘arif bernama tahu
Kata Bayazid terlalu ali
Subhani maa’zamasha’ni
Inilah ilmu sempurna fani
Jadi senama dengan hayy al Baqi
Kata mansur penghulu asyiq
aitu juga empunyai nathiq
Kata ini siapa la’iq
Mengatakan diri akulah khaliq
Dengarkan dirimu hai orang yang kamil
Jangan menuntut ilmu yang bathil
Tiada bermanfaat kata yang jahil
Ana’al haqq mansur itulah washil
Hamzah Fansuri terlalu karam
Ke dalam laut yang maha dalam
Berhenti angin ombaknya padam
Menjadi sultan pada kedua laman
Syeikh Hamzah Fansuri adalah seorang ahli bahasa. Bahasa yang dikuasainya adalah bahasa Arab, bahasa Farsi, dan bahasa Melayu. Dan bahwa beliau menulis kitab-kitab tasawufnya memakai kitab-kitab bahasa Arab dan Farsi sebagai buku telaahnya.
B. Nuruddin Ar-Raniri
Riwayat hidup
Nama aslinya adalah Nuruddin bin Ali bin Hasanji bin Muhammad Hamid Ar-Raniri. Ia lahir di Ranir (Rander), Gujarat, India, dan mengaku memiliki darah suku Quraisy, suku yang juga menurunkan Nabi Muhammad SAW. Ayahnya adalah seorang pedagang Arab yang bergiat dalam pendidikan agama. Diperkirakan beliau lahir pada akhir tahun 1500-an.
Beliau merupakan salah seorang ulama terkemuka yang pernah menjadi mufti di Aceh dari 1637 hingga 1644 masehi Karena tidak cocok dengan aliran wujudiyah yang disebarkan oleh Syamsuddin, Nuruddin pindah ke Semenanjung Melaka dan memperdalam ilmu agama dan bahasa Melayu di sana.
Pada tahun 1637 ia kembali ke Aceh dan tinggal di sana selama tujuh tahun. Berkat keluasan pengetahuannya, Sultan Iskandar Tani (1636-1641) mempercayainya untuk mengisi jabatan yang ditinggalkan oleh Syamsuddin. Nuruddin menjabat sebagai Kadi Malik al-Adil, Mufti Besar, dan Syeikh di Masjid Bait al-Rahman.
            Pada saat ia berjaya sebagai pejabat kesultanan inilah, dengan dibantu oleh Abdul Rauf Singkel, ia melakukan gerakan pemberantasan aliran wujudiyah yang diajarkan oleh Hamzah Fansuri dan Syamsudin as-Sumatrani. Karya-karya kedua ulama sufi itu dibakar dan para penganut aliran wujudiyah dituduh murtad serta dikejar-kejar karena dituduh bersekongkol untuk membunuh istri Sultan, Ratu Safiatun Johan Berdaulat.
Keadaan berbalik melawan Nuruddin ketika Sultan Iskandar Tani mangkat dan digantikan oleh istrinya, Sultanah Safiatuddin Johan Berdaulat (1641-1675). Polemik antara Nuruddin dan aliran wujudiyah bangkit kembali. Kali ini yang menang adalah seorang tokoh yang namanya sama dengan salah satu karya Hamzah Fansuri, yaitu Saif ar-Rijl, yang berasal dari Minangkabau dan baru kembali ke Aceh dari Surat (Braginsky, 1998: 473). Saif ar-Rijl mendapat dukungan sebagian besar kalangan Aceh, yang merasa tidak senang dengan besarnya pengaruh orang asing di istana Aceh. Untuk menyelesaikan pertikaian itu mereka mencari nasihat sang ratu, tetapi sang ratu menolak dengan dalih tidak berwenang dalam soal ketuhanan.
Sesudah berpolemik selama sekitar satu bulan, Nuruddin terpaksa meninggalkan Aceh. Nuruddin akhirnya ia kembali ke Ranir. Ia meninggal di kota kelahirannya pada tanggal 21 September 1658.
Karya-karya Besar Syeikh Nurruddin Ar-Raniry:
1.      Kitab Al-Shirath al-Mustaqim (1634)
2.      Kitab Durrat al-faraid bi Syarh al-‘Aqaid an Nasafiyah (1635)
3.      Kitab Hidayat al-habib fi al Targhib wa’l-Tarhib (1635)
4.       Kitab Bustanus al-Shalathin fi dzikr al-Awwalin Wa’l-Akhirin (1638)
5.      Kitab Nubdzah fi da’wa al-zhill ma’a shahibihi
6.      Kitab Latha’if al-Asrar
7.      Kitab Asral an-Insan fi Ma’rifat al-Ruh wa al-Rahman
8.       Kitab Tibyan fi ma’rifat al-Adyan
9.      Kitab Akhbar al-Akhirah fi Ahwal al-Qiyamah
10.  Kitab Hill al-Zhill
11.  Kitab Ma’u’l Hayat li Ahl al-Mamat
12.  Kitab Jawahir al-‘ulum fi Kasyfi’l-Ma’lum
13.  Kitab Aina’l-‘Alam qabl an Yukhlaq
14.  Kitab Syifa’u’l-Qulub
15.  Kitab Hujjat al-Shiddiq li daf’I al-Zindiq
16.  Kitab Al-Fat-hu’l-Mubin ‘a’l-Mulhiddin
17.  Kitab Al-Lama’an fi Takfir Man Qala bi Khalg al-Qur-an
18.  Kitab Shawarim al- Shiddiq li Qath’I al-Zindiq
19.   Kitab Rahiq al-Muhammadiyyah fi Thariq al-Shufiyyah.
20.  Kitab Ba’du Khalg al-samawat wa’l-Ardh
21.   Kitab Kaifiyat al-Shalat
22.  Kitab Hidayat al-Iman bi Fadhli’l-Manaan
23.   Kitab ‘Aqa’id al-Shufiyyat al-Muwahhiddin
24.  Kitab ‘Alaqat Allah bi’l-‘Alam
25.  Kitab Al-Fat-hu’l-Wadud fi Bayan Wahdat al-Wujud
26.  Kitab ‘Ain al-Jawad fi Bayan Wahdat al-Wujud
27.   Kitab Awdhah al-Sabil wa’l-Dalil laisal li Abathil al-Mulhiddin Ta’wil
28.  Kitab Awdhah al-Sabil laisan li Abathil al-Mulhiddin Ta’wil.
29.  Kitab Syadar al-Mazid, dan lain-lain.

C.    Syamsuddin Sumatrani
Riwayat hidup
Syamsuddin Sumatrani adalah salah satu tokoh sufi terkemuka yang telah turut mengguratkan corak esoteris pada wajah Islam di Aceh.  Perihal sebutan Sumatrani yang selalu diiringkan di belakang namanya, itu merupakan penisbahan dirinya kepada “negeri Sumatra” alias Samudra Pasai. Sebab memang di kepulauan Sumatra ini tempo doeloe pernah berdiri sebuah kerajaan yang cukup ternama, yakni Samudra Pasai. Itulah sebabnya ia juga adakalanya disebut Syamsuddin Pasai.
Pada masa pemerintahan Sayyid Mukammil (1589-1604), Syamsuddin Sumatrani sudah menjadi orang kepercayaan sultan Aceh. Ia menjadi ulama yang paling dipercaya dalam lingkungan istana kerajaan Aceh selama tiga atau empat dasawarsa. Syamsuddin Sumatrani wafat pada tahun 1039 H/1630 M.
Mengenai hubungan Hamzah Fansuri dengan Syamsuddin Sumatrani, sejarawan A. Hasjmy cenderung memandang Syamsuddin Sumatrani sebagai murid dari Hamzah Fansuri. Pandangannya ini diperkuat dengan ditemukannya dua karya tulis Syamsuddin Sumatrani yang merupakan ulasan (syarah) terhadap pengajaran Hamzah Fansuri. Kedua karya tulis Syamsuddin Sumatrani itu adalah Syarah Ruba'i Hamzah Fansuri dan Syarah Syair Ikan Tongkol.
Karya-karyanya Syamsuddin Sumatrani
Karya-karya tulis itu sebagian berbahasa Arab, sebagian lagi berbahasa Melayu (Jawi). Diantara karya tulisnya yang dapat dijumpai adalah sebagai berikut:
1.      Jawhar al-Haqa'iq (30 halaman; berbahasa Arab)
Merupakan karyanya yang paling lengkap yang telah disunting oleb Van Nieuwenhuijze. Kitab ini menyajikan pengajaran tentang martabat tujuh dan jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
2.      Risalah Tubayyin Mulahazhat al-Muwahhidin wa al-Mulhidin fi Dzikr Allah (8 balaman; berbahasa Arab).
Karya yang telah disunting oleb Van Nieuwenhuijze ini, kendati relatif singkat, cukup penting karena mengandung penjelasan tentang perbedaan pandangan antara kaum yang mulhid dengan yang bukan mulhid.
3.      Mir’at al-Mu'minin (70 halaman; berbahasa Melayu).
Karyanya ini menjelaskan ajaran tentang keimanan kepada Allah, para rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, para malaikat-Nya, hari akhirat, dan kadar-Nya. Jadi pengajarannya dalam karya ini membicarakan butir-butir akidah, sejalan dengan paham Ahlus Sunnah wal Jama'ah (tepatnya Asy'ariah-Sanusiah).
4.      Syarah Ruba'i Hamzah Fansuri (24 halaman; berbahasa Melayu).
Karya ini merupakan ulasan terhadap 39 bait (156 baris) syair Hamzah Fansuri. Isinya antara lain menjelaskan pengertian kesatuan wujud (wahdat al-wujud).
5.      Syarah Sya'ir Ikan Tongkol (20 balaman; berbahasa Melayu).
Karya ini merupakan ulasan (syarh) terbadap 48 baris sya'ir Hamzah Fansuri yang mengupas soal Nur Muhammad dan cara untuk mencapai fana' di dalam Allah.
6.      Nur al-Daqa'iq (9 halaman berbahasa Arab; 19 halaman berbahasa Me1ayu).
 Karya tulis yang sudah ditranskripsi oleh AH. Johns ini (1953) mengandung pembicaraan tentang rahasia ilmu makrifah (martabat tujuh).
7.      Thariq al-Salikin (18 halaman; berbahasa Melayu).
Karya ini mengandung penjelasan tentang sejumlah istilah, seperti wujud, 'adam, haqq, bathil, wajib, mumkin, mumtani’ dan sebagainya.
8.      Mir’at al-Iman atau Kitab Bahr al-Nur (12 halaman; berbahasa Melayu).
Karya ini berbicara tentang ma’rifah, martabat tujuh dan tentang ruh.
9.      Kitab al-Harakah (4 halaman; ada yang berbahasa Arab dan ada pula yang berbahasa Melayu). Karya ini berbicara tentang ma’rifah atau martabat tujuh.

D.  SYEIKH ABDUL RAUF SINGKEL; SYEKH SYIAH KUALA
Riwayat hidup
Arah gagasannya selalu praktis. Sebagai seorang mualim ia selalu menaruh perhatian besar pada murid-muridnya. Karya-karyanya selalu bertolak dari perhatiannya yang demikian itu, yaitu untuk membantu mereka memahami Islam dengan lebih baik lagi, menasehati mereka supaya tidak tertimpa musibah, memperteguh kesalehan mereka, dan menghindarkan mereka dari tindakan salah dan tidak toleran.
Abdul Rauf Singkel, yang bernama panjang Syeh Abdul Rauf bin Ali al-Jawi al-Fansuri al-Singkili, lahir di Fansur, lalu dibesarkan di Singkil pada awal abad ke-17 M.  Diperkirakan ia lahir pada 1630 .
Sepeninggal Ahmad Kusyasyi, Abdul Rauf memperoleh izin dari Mula Ibrahim Kurani untuk mendirikan sebuah sekolah di Aceh. Sejak 1661 hingga hampir 30 tahun berikutnya, Abdul Rauf mengajar di Aceh. Liaw Yock Fang (1975) menyebutkan bahwa muridnya ramai sekali dan datang dari seluruh penjuru Nusantara. Dan, karena pandangan-pandangan keagamaannya sejalan dengan pandangan Sultan Taj al-‘Alam Safiatun Riayat Syah binti Iskandar Muda (1645-1675), Abdul Rauf kemudian diangkat menjadi Syeikh Jamiah al-Rahman dan mufti atau kadi dengan sebutan Malik al-Adil, menggantikan Syeh Saif al-Rijal yang wafat tidak lama setelah ia kembali ke Aceh. Selain itu, ia juga bersikap keras terhadap orang-orang yang menolak berkuasanya seorang raja perempuan.
Barangkali yang paling diingat orang tentang Abdul Rauf adalah bahwa ia berpenting sekali dalam menengahi silang pendapat antara Nuruddin al-Raniri dan Hamzah Fansuri tentang aliran wujudiyyah. Braginsky (1998) telah menguraikan pendekatan Abdul Rauf yang lebih sejuk dan damai terhadap aliran yang diajarkan oleh Hamzah Fansuri tersebut
Ketika wafat pada tahun 1693, Abdul Rauf dimakamkan di muara sebuah sungai di Aceh, di samping makam Teuku Anjong yang dikeramatkan oleh orang Aceh sehingga ia dikenal juga sebagai Syeh Kuala atau Tengku di Kuala.
Karya-karya Syekh Syiah Kuala
1.      Daka‘ik al-Huruf (Kehalusan-kehalusan Huruf), dikutip dalam al-Tuhfa al-mursala ila ruh al-nabi, risalah ilmu tasawuf yang sangat penting di Jawa.
2.      Tafsir Baidhawi (terjemahan, 1884, diterbitkan di Istambul).
3.      Mirat al-Turab fi Tashil Ma‘rifah al-Ahkam al-Syar‘iyyah li al-Malik al-Wahab (Cermin Para Penuntut Ilmu untuk Memudahkan Tahu Hukum-hukum Syara‘ dari Tuhan, bahasa Melayu).
4.      Umdat al-muhtajin ila Suluk Maslak al-Mufradin (Pijakan bai Orang-orang yang Menempuh Jalan Tasawuf).
5.      Tanbih al-Masyi al-Mansub ila Tariq al-Qusyasyi (Pedoman bagi Penempuh Tarekat al-Qusyasyi, bahasa Arab).
6.      Bayan al-Arkan (Penjelasan tentang Rukun-rukun Islam, bahasa Melayu).
7.      Bidayah al-Baligah (Permulaan yang Sempurna, bahasa Melayu).
8.      Sullam al-Mustafiddin (Tangga Setiap Orang yang Mencari Faedah, bahasa Melayu). 
9.      Piagam tentang Zikir (bahasa Melayu).
  Tarjuman al-Mustafid bi al-Jawy.
11.  Syarh Latif ‘Ala Arba‘ Hadisan li al-Imam al-Nawawiy (Penjelasan Terperinci atas Kitab empat Puluh Hadis Karangan Imam Nawawi, bahasa Melayu).
12.  Al-Mawa‘iz al-Ba‘diah (Petuah-petuah Berharga, bahasa Melayu).
13.  Kifayat al-Muhtajin.
14.  Bayan Tajilli (Penjelasan tentang Konsep Manifestasi Tuhan).
15.  Syair Makrifat.
16.  Al-Tareqat al-Syattariyah (Untuk Memahami jalan Syattariyah).
17.  Majmu al-Masa‘il (Himpunan Petranyaan).

18.  Syam al-Ma‘rifat (Matahari Penciptaan).

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2015 ZAHRATUL WAHDATI
| Distributed By Gooyaabi Templates