Review Novel “The Body in the Library” Karya Agatha Chistie
Judul :
The Body in the Library (Mayat dalam Perpustakaan)
Penulis : Agatha Chistie
Tahun Terbit : Cetakan keenam: November 2002
Halaman :
280 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 979-686-156-6
Jangan Percaya, Berpikirlah Logis
Okey kita
mulai dari sinopsis singkat di cover belakang novel:
Kolonel
Bantry membentak, “Maksudmu ada mayat di dalam pepustakaan saya—perpustakaan saya?”
Kepala pelayannya berdehem, “Barang kali Tuan ingin melihatnya sendiri?”
Bagaimanakah
sampai mayat seorang gadis bisa berada di ruang perpustakaan keluarga Kolonel
Bantry? Mengapa gadis ini dibunuh? Siapa dia?
Sampai sini
saja sinopsis singkat di cover bukunya, masalahnya kepotong sama kertas lebel
perpustakaan UPGRIS. Jadi ketahuan kan aku minjem dari perpus -_-
Aku
lanjutkan saja sinopsisnya dengan kata-kataku sendiri.
Mayat gadis
muda berumur delapan belas tahun itu, memiliki dandangan yang sangat mencolok
di antara perpustakaan yang antik, tempatnya ditemukannya mati. Menurut
kesaksiaan sepupunya, mayat itu adalah Rubby Keene seorang penari di hotel.
Tetapi kenapa dia bisa berada di perpustakaan Kolonel Bantry, padahal Kolonel
Bantry mengaku bahwa tidak pernah mengenal gadis itu.
Pihak
kepolisian terus menyelidiki kasus ini. Dari beberapa orang yang mungkin
terkait dengan kematian Rubby. Tetapi semuanya, memiliki alibi yang tidak
terbantahkan dan membuat mereka bebas dari tuduhan. Tentu membuat polisi
kebingungan. Namun di sini ada tokoh Nona Marple perawan tua yang memiliki
banyak pengalaman mengenai kasus yaitu menghubungkannya dengan kehidupan dusun.
Belum kasus gadis muda itu terungkap, ada sebuah pembunuhan kembali yang
menimpa Pamella gadis yang masih sekolah. Dia ditemukan terbakar di dalam mobil. Dan
kematian dua gadis itu ditafsirkan dibunuh oleh orang yang sama.
Nona
Marple meramalkan pasti bakal ada usaha
pembunuhan ketiga!
Review:
Judul review
aku rada-rada gimana gitu, entahlah ... Sebenernya aku tidak percaya bisa
menyelesaikan membaca novel ini. Jujur selama sebulan ini aku belum pernah
kelar menyelesaikan baca satu novel pun. Karena kekurangan waktu, aku lebih
suka baca cerpen yang sekali duduk. Tetapi kali ini, selesai Jeng! :v padahal,
sejak tadi pagi hatiku terus berteriak-teriak nyuruh aku nyelesain tugas
kuliah. Tetapi gara-gara novel ini yang bikin sumpeh penasaran banget.
Akhirnya, sampai aku nulis review ini aku belum ngerjain tugasnnya. -_-
Ini memang
novel pertama Agatha Cristie yang aku baca. Hanya satu hari dari pagi sampai
malam aku menyelesaikan membacanya. Dan aku langsung marah! Pengin langsung
remes-remes tuh novel setelah selesai membacanya. Why? karena endingnya itu
bener-bener ngecoh banget. Dari awal aku udah dibawa kemana-mana, awalnya di
bawa ketempat yang cerah sampai aku memprediksi siapa pelakunya. Lalu semakin
lama aku berada di hutan yang gelap dan tidak bisa memprediksi siapa pelaku
pembunuhannya. Sampai penasaran siapa sih pelakunya! Apa motifnya cinta, uang,
atau hal lain?
Karena
itulah aku baca sampai kelar! Dan penulis benar-benar cerdik menempatkan
jawaban siapa pelakunya dan apa motif sebenarnya. Kamu tahu di mana? di akhir
bab, di halaman yang menyentuh halaman terakhir. Jadi kamu bakalan dibuat
penasaran sampai akhir! Dan dibikin mengangga lebar diakhir karena apa yang
diungkapkan diakhir benar-benar di luar perkiraan kita. Di luar banget! Kamu
bakalan benar-benar tertipu! Oh berapa kali aku bilang, benar-benar?
Tapi jujur
novel keren abis! Apalagi karakter tokoh-tokoh kuat banget! Aku suka sekali
dengan Nona Marple, dia sungguh tokoh yang unik. Beberapa polisi tidak percaya
dengan kehebatan Nona Marple, tetapi ternyata Nona Marplelah yang mengungkap
kasus ini. Karena dia tidak memiliki sifat seperti polisi.
“Saya
kuatirkan Anda akan menganggap ‘metode’ saya, sebagaimana yang dikatakan Sir
Henry, amat amatiran. Terus terang saja sebetulnya kebanyakan orang dan--tidak
terkecuali juga polisi—terlalu mudah percaya, di dunia yang jahat ini. Mereka
mempercayai apa saja yang dikatakan orang kepada mereka. Saya tidak pernah
berbuat demikian. Saya suka membuktikan sesuatu sendiri.” (hal. 268)
Saya juga
suka sifat Tuan Jefferson yang kehilangan semua anak-anaknya saat kecelakaan
dan juga kedua kakinya. Tetapi dia masih bisa berjuang hidup, menjadi sukses,
bahkan ingin mengadopsi Ruby menjadi anak. Yang paling berkesan adalah
kata-kata ini.
“.................Sebenarnya
manusia lebih baik mati aus dibandingkan mati karatan.....”(hal.196)
Novel ini
pantas dibaca, sangat pantas! Satu kata yang menggambarkan novel ini: Keren!
Aku kasih 5
bintang dari 5 bintang untuk novel ini.
Mencoba review masih lebih baik daripada membayangkan review
BalasHapusIni cuma untuk mengingat kalo udah pernah baca novel ini :)
Hapus