Gana dan Kaci
Yeey! Cernak Ara kembali nangkring di Padang Ekpres :)
Kirimnya tanggal 27 April 2015, selesai buat revisi terus kirim. Lalu dimuat tanggal 3 Mei 2015. Awal bulan penuh semangat! Kalau mau baca versi padek silakan buka link ini :)
http://m.padek.co/detail.php?news=25255
Selamat Membaca :)
Gana dan Kaci
Oleh: Diy Ara
Suatu siang,
Kaci si Kancil sedang beristirahat sambil memakan timun. Upah membantu Jiji si
Anjing menjaga kebun Pak Tani. Tiba-tiba dari kejauhan, datang Gana si Gajah. Kaci
ingat cerita para hewan. Kalau Gana itu sangat sombong dan serakah.
“Kalau aku
tidak mau, kau bisa apa?”
“Kakiku
yang besar dan hebat ini akan menginjakmu!” ancam Gana.
“Wah kakimu
memang besar sekali, sedangkan kakiku kecil.” kata Kaci tetap tenang. “Tapi,
aku tak percaya jika kakimu hebat. Aku perlu bukti.”
Gana
tertawa. Belalainya terangkat lalu melilit batang pohon besar yang roboh. Dan
meletakannya di depan Kaci. “Baiklah, akan aku buktikan. Akan kuinjak batang
pohon ini sampai hancur!”
“Ist, bukan
begitu cara kau membuktikan kehebatan kakimu.”
“Lalu
bagaimana?”
“Ayo kita lomba
lari.” tantang Kaci.
“Hahaha! Kau
bercanda Kaci? Kakimu yang kecil dan lemah itu mau melawan kakiku yang besar
dan kuat ini? Langkahmu yang pendek-pendek itu, mau mengalahkan langkahku yang
amat lebar?” ujar Gana mengejek.
Kaci
tersenyum. “Apakah kau takut melawanku?”
“Takut?
Tentu tidak! Sudah jelas pasti aku pemenangnya!” seru Gana sombong. “Kalau aku
menang. Kau harus memberikan timun dan buah-buah segar setiap hari padaku
selama satu bulan. Kau berani?”
“Tentu.
Jika aku menang, kau harus melakukan apa yang aku mau. Kau berani?”
“Apa saja
yang kau mau, akan kulakukan. Tetapi,
aku yakin, aku pasti yang menang.”
“Lihat saja
nanti. Siapa dulu yang sampai ke rumah Jiji itu pemenangnya.” ujar Kaci.
“Sebentar
... Aku akan memanggil para hewan untuk menyaksikan kemenanganku.”
Belalai Gana mengeluarkan suara amat keras. Kaci sampai
harus menutup telinganya. Hewan-hewan mulai datang satu per satu. Ada Kimta
kura-kura, Moni monyet, dan banyak lagi.
“Aku dan Kaci akan lomba lari untuk membuktikan kaki mana
yang lebih hebat!” jelas Gana membuat hewan-hewan itu terkejut.
“Langkahmu lebar-lebar, sedangkan Kaci langkahnya
pendek-pendek. Ini lomba yang tidak adil!” protes Kimta. Dan hewan-hewan lain
bersorak menyetujui.
“Mereka saja mengakui aku pemenangnya, Kaci! Hahaha!”
“Ayo kita buktikan
saja!” Kaci memasang ancang-ancang untuk lari. “Kimta, kau hitung dari satu
sampai tiga!”
“Baik. Bersiap! Satu ... dua ... tiga!”
Kaci lari
dengan kencang dan memimpin pertandingan. Jauh meninggalkan Gana yang belum
lari. Masih duduk di garis start sambil memakan timun Kaci. Setelah habis, dia
baru lari. Kakinya yang besar mengetarkan tanah. Merasakan Gana semakin dekat.
Kaci mempercepat larinya. Namun, langkah kaki Gana yang lebar tidak sebanding dengan
langkah kaki Kaci. Sekarang Gana sudah mendahului Kaci.
“Lambat
sekali kau, Kaci!” ejek Gana sambil memperlambat langkahnya. “Ohya, tadi aku
habiskan timunmu. Toh, itu akan menjadi milikku. Karena aku pemenangnya!”
Gana
kembali berlari dengan langkah lebar dan jauh meninggalkan Kaci. Setelah beberapa
jam kemudian, Kaci bisa melihat Gana dari kejauhan.
Gana
berdiri di depan kubangan lumpur. Sepertinya lumpur itu dalam. Dia tidak berani
menyeberanginya. Padahal rumah Jiji sudah terlihat oleh Gana. Sayangnya, gajah
tidak bisa melompat.
Hap! Kaci
melompati kubangan lumpur itu. Dari seberang Kaci berkata, “Kau bisa lewat
jalan memutar.”
Gana pun
lewat jalan lain. Jalan memutar yang jauh sekali. Hingga sesampainya di rumah
Jiji, Gana lelah dan malu. Pasti Kaci sudah lama sampai di rumah Jiji.
“Aku
mengaku kalah, apa yang kamu mau Kaci akan aku turuti.”
“Kau sudah
melakukannya. Aku ingin kau berusaha keras hingga sampai di sini. Dan ini
bayaran untuk usahamu.” Kaci memberikan sekeranjang timun dan buah. “Apa kau
mau membantu aku dan Jiji menjaga kebun Pak Tani?”
Gana
mengangguk. Dia sungguh terharu dengan kebaikan Kaci. Mulai pagi harinya, Gana
membantu Kaci mengusir burung-burung dengan kipasan belalainya. Sebagai
imbalannya dia mendapat sekeranjang buah dan timun dari Pak Tani. Gana sadar
untuk mendapatkan sesuatu harus berusaha terlebih dahulu.
-tamat-
Semarang,
27 April 2015
0 komentar:
Posting Komentar