"Mataharimu" Kumcer Bertahan Demi Cinta
Ini kumcer petamaku :)
MATAHARIMU
Dulu dia
bilang, “Aku adalah matahari yang selalu dilihatnya, harinya akan menjadi dingin
tanpaku, dan dia tidak mau kehilanganku.”
Namanya, Yulian. Kami berpacaran sejak kelas 3
SMP, sekarang sudah tiga tahun. Sejak sebulan lalu, dia berubah. Aku sering dibentak,
didorong, bahkan hari ini sebuah tamparan mendarat di pipiku karena
terus-terusan memintanya berhenti mengeluti hobi barunya: tawuran dan balapan
liar.
“Bagaimana kalau kita akhiri saja
hubungan kita?”
“Jangan bercanda, Yul!” Aku
menangis. Ada ruang di hatiku yang terasa ngilu.
“Pulanglah, Fa! Lupakan, aku.” Dia pergi bersama teman-temannya.
Awalnya dia menyuruh menjauhinya,
kali ini dia menyuruhku melupakannya? Aku yakin, kata-kata itu berlainan dengan
hatinya! Sebenarnya, dia tidak mau kehilanganku.
Pertengkaran kami dimulai saat aku
tak sengaja menemukan pisau di ranselnya, dan luka lebab ditangannya. Dia tak
menjawab pertanyaanku tentang itu. Sehingga, aku pun membututinya diam-diam. Aku mendengarkan
percakapan Yulian dengan teman-teman barunya. Mereka sedang membuat taktik balas
dendam kepada SMK sebelah.
Pukul sepuluh malam. Ketika aku sudah
tertidur. HPku berbunyi. Telepon dari adiknya Yulian. Ada dua suara berbeda.
Suara tangisan adik Yulian dan pertengkaran
orang tua. Deg! Dua masalah besar kudengar secara bersamaan. Ayah Yulian memaki
Istrinya yang berselingkuh. Dan adik Yulian mengatakan Yulian belum pulang.
“Jadi alasan Yulian berubah itu
karena kecewa pada orangtuanya?”
Segera, ku kendarai motorku menuju jalan yang biasa menjadi tempat balap
liar. Di sana sudah banyak orang yang
berdiri di pinggir-pinggir jalan, bersorak. Aku mendekat ke dua motor yang
bersiap di tengah-tengah lintasan.
Yulian yang sedang menunggangi
motornya membelalak, namun lekas-lekas bersikap dingin kembali. “Kalau
kedatanganmu untuk menyuruhku berhenti, itu sia-sia.”
“Tidak sia-sia, karena aku milikmu”
“Aku tidak pantas memilikkimu, kamu
dari keluarga baik-baik, Fa.”
“Aku tidak peduli, karena aku
mencintaimu.”
“Aku tidak mencintaimu!” bentaknya.
Dia mengengas keras motornya sambil berulang kali membunyikan klason. “Minggir!
pertandingan akan dimulai!”
Tiba-tiba terdengar suara tepuk
tangan. Aku menoleh dan melihat seseorang menaiki motor yang terpakir di
pinggir motor Yulian. Aku seperti mengenali sosok tinggi, tampan dengan tato
kelelawar di lehernya. Dia Dio, pembalap liar nomor satu yang sering
dibicarakan teman-teman. Aku mengigit bibirku, khawatir..
“Jika memang kamu tidak mau
berhenti.” Kami saling menatap. “Jadikan aku bahan taruannya!”
“Jangan gila, Fafa!”
“Wow, taruhan yang bagus. Aku
setuju. Tenang, Sayang, aku akan memenangkan balapan ini demi kamu.” kata Dio.
Otakku sepertinya sudah tak waras.
Bagaimana jika aku berakhir di tangan Dio? Jemariku bergetar ketakutan. Aku
menatap dalam-dalam sosok Yulian yang menunduk.
Tiba-tiba napasku berjeda ketika
Yulian mengenggas motornya hingga terdengar suara raungan bising. Ditambah suara sorak-sorak penonton. Itu kah
tanda dia akan memulai pertandingan. Air mataku hampir meleleh. Jadi dia
merelakanku menjadi bahan taruhan.
“Aku berhenti. Perutku mulas.” Yulian menatapku sambil tersenyum. “Ayo naik,
Fa!”
“Yulian!” Aku pun naik ke bocengan
sambil menghapus air mata haru. “Aku
akan selalu di dekatmu, seperti matahari, dan tidak akan membiarkanmu melakukan
hal bodoh seperti ini, untuk melarikan diri. Kita akan akan menghadapi masalah
itu bersama!” batinku berkata.
(*)
0 komentar:
Posting Komentar