Rabu, 08 April 2015

Obat tidurku: dia

Obat tidurku: dia
Oleh: Diy Ara
           
            Kau tahu, aku sering memaki Laut Jawa. Dia begitu jahat, memisahkan Kalimantan dan Jawa. Menyebabkan jarak kau dan aku terlalu jauh. Semakin sulit untuk bertemu. Semakin sulit menyentuh. Dan tentu, aku akui, itu menyebabkan rindu berkerumun seperti awan dalam jantungku.
            Tapi jujur, aku tak pernah menyangka, aku yang kekanak-kanakan ini tetap bertahan melewati hubungan cinta semacam ini. Padahal teman-teman bilang, aku sama saja seperti jomblo padahal aku punya kau. Sempat aku ingin menyerah, mengatakan putus. Lalu diam dan pergi. Karena saat itu, aku pikir itu mudah. Amat gampang. Tinggal ganti kartu sim HP dan tutup semua akun media sosialku. Dan tidak ada lagi cara kita bisa saling terhubung.
 Ah, aku bisa gila jika melakukannya sebab aku tak mungkin bisa menutup mata, tidur tanpa mendengar suaramu. Karena suaramu adalah obat tidurku, si penyandang insomnia.
“Aku punya hadiah untukmu, Ra.” katamu di sambungan telepon.
“Aku tidak butuh hadiah, kita kan sama-sama mahasiswa. Kita harus hemat. Biaya kirim Kalimantan-Jawa itu lumayan mahal.”

Kau malah tertawa dan aku bingung, “Aku hanya butuh paketan telepon untuk mengirim hadiah ini untukmu.”
Belum sempat aku menyaut, petikan gitar terdengar mengalunkan lagu yang lembut, menyenangkan, dan lekas menjadikan dada ini berdebar. Aku akui, kau memang romantis dan mampu membuatku terharu.
Malam itu, kau mengulangi petikan lagu itu hingga aku tertidur. Lagu yang kau ciptakan untukku dengan judul Lianara, singkatan nama kau dan aku. Kau yang bukan ismonia, rela menahan kantuk agar aku tak merasa sendirian melewati malam di kamar kos.
Aku pernah mengeluh, aku rindu hujan yang tak pernah membasahi Semarang padahal ini sudah akhir Desember. Sama halnya dengan aku merindukan kau. Dan tiba-tiba aku tak bisa mendengar suaramu, hanya terdengar suara gemeresek di sambungan telepon padahal sinyal full. Kau tahu betapa takutnya aku saat itu, aku kira kau marah karena aku mengeluh. Tetapi setelah aku terdiam, aku sadar suara gemeresek itu suara yang aku rindukan. Membuatku tenang.
“Kau dengar? Suara hujan? Di sini hujan, Ra. Aku akan membuka jendela dan mendekatkan HP-ku lebih dekat ke hujan.”
I miss you, Lian.”

Catatan:
1.      Kisah ini dibuat untuk tantangan mimin KF #FiksiBuatPacar jadi cerita nyata yang saya fiksikan :v Pas 333 kata tidak termasuk catatan dan judul.
2.      Nama tokoh, sedikit di samarkan -_-
3.      Saya katakan lagi, i miss you :)




2 komentar:

Copyright © 2015 ZAHRATUL WAHDATI
| Distributed By Gooyaabi Templates