Apa Aku Terlalu Kuat, Tuhan?
Pah, rasanya
terlalu sesak, Pah. Setiap ingat kenangan bersamamu aku mataku sepertinya lupa
caranya menampung air mata. Semuanya tumpah.
Dan jika aku mencoba tidur sesak
di dada semakin parah dan air matamu seperti semakin deras. Maka cara terbaik
untuk mengehentikan semua ini adalah menulisnya, Pah.
Pah, malam
ini, aku merasa sangat bersalah. Dan seperti malam-malam sebelumnya, aku
sungguh merasa bersalah padamu. Ketika kau hanya memikirkan kami, meskipun kau
menahan luka. Ketika kau meminta pulang dari rumah sakit, walaupun kau belum
mendingan. Ketika kau tak mau kakimu diamputasi, padahal dokter menyuruhmu
melakukannya. Kau bilang, aku tidak mau membayar uang 10 juta untuk kehilangan
kakiku. Bukankah itu lebih baik, dibandingkan kau kehilangan nyawamu, Pah!
Karena aku sangat berharap kau ada di sini.
Tiga paragraf
yang aku tulis ini, sudah menghabiskan banyak tisu untuk mengelap air mataku,
Pah.
Pah, aku
ingin sekuat kau, Pah. Tetapi aku tak sekuat kau, Pah. Tuhan tampaknya
menganggap aku sangat kuat, Pah. Ini terlalu berat, Pah. Aku ingin kau
memelukku, Pah. Setidaknya, katakan bahwa kau ada bersamaku. Maaf, Pah. Aku rindu.
Aku sanggat rindu.
0 komentar:
Posting Komentar