Obat tidurku: dia
Obat tidurku: dia
Oleh: Diy
Ara
Kau tahu, aku sering memaki Laut Jawa.
Dia begitu jahat, memisahkan Kalimantan dan Jawa. Menyebabkan jarak kau dan aku
terlalu jauh. Semakin sulit untuk bertemu. Semakin sulit menyentuh. Dan tentu,
aku akui, itu menyebabkan rindu berkerumun seperti awan dalam jantungku.
Tapi jujur, aku tak pernah menyangka,
aku yang kekanak-kanakan ini tetap bertahan melewati hubungan cinta semacam ini.
Padahal teman-teman bilang, aku sama saja seperti jomblo padahal aku punya kau.
Sempat aku ingin menyerah, mengatakan putus. Lalu diam dan pergi. Karena saat
itu, aku pikir itu mudah. Amat gampang. Tinggal ganti kartu sim HP dan tutup
semua akun media sosialku. Dan tidak ada lagi cara kita bisa saling terhubung.
Ah, aku bisa gila jika melakukannya sebab aku
tak mungkin bisa menutup mata, tidur tanpa mendengar suaramu. Karena suaramu
adalah obat tidurku, si penyandang insomnia.
“Aku punya
hadiah untukmu, Ra.” katamu di sambungan telepon.
“Aku tidak
butuh hadiah, kita kan sama-sama mahasiswa. Kita harus hemat. Biaya kirim
Kalimantan-Jawa itu lumayan mahal.”
Kau malah
tertawa dan aku bingung, “Aku hanya butuh paketan telepon untuk mengirim hadiah
ini untukmu.”
Belum sempat
aku menyaut, petikan gitar terdengar mengalunkan lagu yang lembut,
menyenangkan, dan lekas menjadikan dada ini berdebar. Aku akui, kau memang
romantis dan mampu membuatku terharu.
Malam itu, kau
mengulangi petikan lagu itu hingga aku tertidur. Lagu yang kau ciptakan untukku
dengan judul Lianara, singkatan nama kau dan aku. Kau yang bukan ismonia, rela
menahan kantuk agar aku tak merasa sendirian melewati malam di kamar kos.
Aku pernah
mengeluh, aku rindu hujan yang tak pernah membasahi Semarang padahal ini sudah
akhir Desember. Sama halnya dengan aku merindukan kau. Dan tiba-tiba aku tak
bisa mendengar suaramu, hanya terdengar suara gemeresek di sambungan telepon
padahal sinyal full. Kau tahu betapa
takutnya aku saat itu, aku kira kau marah karena aku mengeluh. Tetapi setelah
aku terdiam, aku sadar suara gemeresek itu suara yang aku rindukan. Membuatku
tenang.
“Kau dengar?
Suara hujan? Di sini hujan, Ra. Aku akan membuka jendela dan mendekatkan HP-ku
lebih dekat ke hujan.”
“I miss you, Lian.”
Catatan:
1. Kisah ini
dibuat untuk tantangan mimin KF #FiksiBuatPacar jadi cerita nyata yang saya
fiksikan :v Pas 333 kata tidak termasuk catatan dan judul.
2. Nama tokoh,
sedikit di samarkan -_-
3. Saya katakan
lagi, i miss you :)
Yelah. Curhatnya juga ditulis. Ngingetin. :D
BalasHapusKenangan indah bolehlah diinget :v
BalasHapus