Kimta si Kura-kura
Ini cernak
pertamaku yang dimuat di koran, akhirnya ..... seneng rasanya ketagihan pengin bisa dimuat lagi! Semoga
setelah ini akan ada lagi karya-karyaku yang muncul... terimakasih untuk
teman-teman yang sudah membantu dan tidak bosan menyemangati saya, love youu
....
Di Muat di
Padang Ekpress 8 Febuari 2015
Kimta Si
Kura-kura
Karya: Diy
Ara
Di sebuah
hutan, hiduplah dua hewan yang berbeda sifat. Niwa seekor monyet yang sombong
dan pelit. Sedangkan, Kimta kura-kura yang
ramah dan suka berbagi makanan. Suatu hari, Kimta kelelahan saat mencari
makanan. Tenaganya habis karena belum makan sejak pagi. Ia pun beristirahat di
bawah pohon.
“Hei, hewan lambat!” sapa
Niwa. Monyet itu sedang duduk di atas pohon.
“Hai Niwa. Kamu sedang apa?”
“Aku sedang makan buah-buahan yang baru
selesai aku kumpulkan. Ehm, lezat sekali!” Niwa dengan rakus memakan pisangnya.
Perut Kimta
berbunyi, ia sangat lapar. “Niwa, aku sangat lapar. Bisakah ...”
“Tidak!
Jangan meminta makananku. Kamu cari makananmu sendiri!” potong Niwa cepat.
“Bukan itu
...”
“Salah
sendiri, kamu membagi-bagikan makananmu dengan hewan lain,” potong Niwa lagi.
Kimta
tersenyum, lalu berkata dengan lembut, “Aku tidak meminta makananmu, dan setiap
aku berbagi makanan, aku tidak pernah mengharapkan balasan. Aku hanya ingin
bertanya, bisakah kamu menunjukan arah di mana terdapat makanan?”
Niwa tertawa
keras, sampai makanan di mulutnya keluar. “Di mana-mana ada makanan, lihat di
pohon ini banyak apel, di pohon yang kamu lewati ada jeruk, mangga, dan buah
lainnya.”
“Iya, aku tahu.
Tetapi, aku tidak bisa memanjat.”
“Kasihan
sekali, kamu memang hewan paling menyedihkan.”
Kimta diam
saja.
“Lihat,
makananku banyak sekali. Beraneka macam dan segar-segar.” Niwa memamerkan
keranjangnya yang penuh dengan makanan. “Aku adalah hewan yang memiliki banyak
kelebihan. Aku bisa memanjat dan melompat dari pohon ke pohon lainnya. Mataku
sangat jeli melihat makanan. Tidak sepertimu yang tidak memiliki kelebihan apapun!”
“Apakah benar matamu sangat jeli? Bisa
menemukan apapun?”
“Tentu saja,
kamu tidak percaya?”
“Coba
buktikan. Kita bermain petak umpet, aku akan bersembunyi dan kamu harus
menemukanku.”
“Itu mudah.
Jika aku bisa menemukanmu, kamu harus mengakui di depan hewan lain, bahwa Niwa
adalah hewan yang hebat. Dan jika aku tidak menemukanmu sampai senja nanti, kamu
boleh ambil keranjang makananku. Tetapi, aku yakin, itu tidak akan mungkin.
Hahaha!” ujar Niwa sombong.
“Baiklah,
kita mulai!”
Niwa menutup
mata lalu mulai menghitung. Sedangkan, Kimta dengan langkah lambat berusaha
mencari tempat persembunyian.
“Sepuluh!” Niwa
membuka mata. Pasti mudah menemukan Kimta, ia tidak bersembunyi jauh-jauh
karena langkahnya lambat, pikir Niwa.
Sayangnya,
pikiran Niwa tidak seperti kenyataan. Matahari hampir tenggelam, tetapi Kimta
belum ditemukan. Niwa ketakutan, ia tidak mau kalah dan menyerahkan keranjang
berisi makanannya.
“Baiklah,
aku mengaku kalah, aku tidak bisa menemukanmu,” kata Niwa kecewa sambil duduk
di atas batu. “Silakan kamu ambil keranjang makananku.”
“Tidak
perlu!”
Niwa
terkejut mendengar suara batu yang ia dudukki. Ia bangkit dan melihat batu itu mengeluar
kaki dan kepala. Ternyata itu adalah tempurung Kimta.
“Aku tidak
ingin keranjang makananmu, aku hanya ingin berteman denganmu, Niwa.”
Mendengar
itu Niwa terharu. Dia tidak menyangka, Kimta tetap baik padanya. Padahal,
selama ini dia sangat jahat pada Kimta. Niwa pun sadar atas kesalahannya. Dan
sejak saat itu, mereka menjadi sahabat baik.
-selesai-
Wih... Bagus, Ra. :)
BalasHapusitu revisi dari 5 setengah lembar, jadi tiga lembar huuiii
BalasHapusmakasih udah main :)
BalasHapus