Makalah Kelahiran PGRI
Daftar Isi
Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar isi..................................................................................................................1
BAB I
Pendahuluan................................................................................................2
A.
Latar belakang.............................................................................................2
B.
Rumusan
masalah........................................................................................2
C.
Tujuan..........................................................................................................2
BAB II
Pembahasan................................................................................................3
A.
Kelahiran
PGRI, kongres I di Surakarta 21 November 1945......................3
B.
Hubungan sejarah
kelahiran PGRI dan mempertahankan proklamasi.........5
C.
Kongres II dan
III PGRI.............................................................................8
D.
PGRI dan
organisasi guru di luar negri......................................................12
BAB III
Penutup....................................................................................................13
A.
Kesimpulan................................................................................................13
B.
Saran...........................................................................................................13
Daftar Pustaka........................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
PGRI adalah organisasi perjuangan, organisasi profesi dan organisasi ketenagakerjaan
yang berfokus pada bidang keguruan yang berdasarkan pancasila, bersifat
independen, dan non politik praktis, secara aktif menjaga, memelihara,
mempertahankan, dan meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa yang dijiwai
semangat kekeluargaan, kesetiakawanan sosial yang kokoh serta kesejahteraan
lahir batin dan kesetiakawanan organisasi baik nasional maupun internasional.
Organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri tahun
1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB). Pada tahun 1932 nama
PGHB diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan ini mengejutkan pemerintahan
Belanda karena kata “Indonesia” mencerminkan semangat kebangsaan sehingga tidak
disenangi oleh Belanda. Sebaliknya kata “Indonesia” ini oleh guru dan bangsa
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana kelahiran PGRI dan kongres I
PGRI?
2.
Bagaimana hubungan sejarah kelahiran
PGRI dengan perjuangan mempertahankan
proklamasi kemerdekaan Indonesia?
3.
Bagaimana kongres PGRI yang ke II dan
III?
4.
Mengapa PGRI mengadakan hubungan dengan
organisasi guru di luar negri?
C. Tujuan Penyusunan
1.
Mengetahui dan memahami tentang
kelahiran PGRI dan kongres I PGRI
2.
Mengetahui dan memahami tentang hubungan
sejarah kelahiran PGRI dengan perjuangan mempertahankan proklamasi kemerdekaan
Indonesia
3.
Mengetahui dan memahami tentang kongres
PGRI yang ke II dan III.
4.
Mengetahui dan memahami tentang alasan
PGRI mengadakan hubungan dengan organisasi guru di luar negri
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kelahiran PGRI, Kongres I di Surakarta 21 November
1945
1. Hubungan PGRI dengan Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Kelahiran PGRI tanggal 25 November 1945, seratus hari
setelah proklamasi kemerdekaan yang di proklamirkan oleh Bung Karno dan Bunga
Hatta atas bangsa Indonesia, ingin merombak peri kehidupan bangsa Indonesia.
Bangsa kita hidup dari penjajahan Kolonial Belanda sekarang menjadi bangsa yang
merdeka berdiri sendiri, bertanggung jawab dan berumah tanggga sendiri. Setelah
pengumuman Kemerdekaan Republik Indonesia masih ada tantangan dari penjajah
Jepang dan Kolonial Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia.
Melalui pertempuran di Surabaya dengan sekutu, NICA
Belanda ingin membonceng dengan tentara sekutu Inggris. Perang kemerdekaan RI
merupakan kegiatan bersifat nasional, regional ataupun local tujuannya adalah
demi tegaknya Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Kongres PGRI tanggal 23-25 November 1945
Disaat memuncaknya Gelora Revolusi, maka pada tanggal
23 s.d 25 November 1945 dibukalah Kongres PGRI ke-1 di Surakarta, di Gedung
Somaharsa (Pasar Pon), Van Deventer School (Sekarang SMP Negeri 3 Surakarta).
Pada saat itu kongres mendapat sambutan militer
Belanda dan serangan kapal terbang yang mengadakan operasi militer dengan
sasaran gedung RRI Surakarta.
Organisasi PGRI yang baru lahir itu bersifat :
Unitaristik, Independen, Non partai politik.
Keanggotaannya tanpa memandang perbedaan ijazah,
status, temoat bekerja, jenis kelamin dan keyakinan agama dan lain sebagainya.
Kelahiran PGRI sebagai wadah organisasi guru yang sedang berevolusi
kemerdekaan, merupakan manifestasi akan keinsyafandan rasa tanggung jawab kaum
guru Indonesia dalam memenuhi kewajiban akan pengabdiannya serta partisipasinya
kepada perjuangan menegakkan dan mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Guru-guru sadar akan tugasnya bahwa pendidikan adalah
sarana utama dalam pembangunan bangsa dan negara, mereka melaksanakan dwi
fungsi dalam kerjanya, yaitu : di garis belakang mendidik dan mengajar di
sekolah-sekolah biasa, sekolah peralihan, sekolah pengungsian. Di samping itu
mereka juga melakukan kerjasama dengan masyarakat mendirikan dapur umum dan
mempersiapkan makanan untuk para pejuang di garis depan. Kecuali itu mereka
menjadi pemimpin komandan barisan tentara : BKR, TKR, TRI/TNI, BARA, API, Hizbullah,
Sabilillah, Pesindo, Laskar Rakyat, PMI dan para pejuang lainnya.
Jika kita meneliti mukadimah AD/ART PGRI dan kehidupan
organisasi, sejak kelahirannya sampai sekarang dapat di simpulkan sebagai
berikut :
a)
PGRI lahir karena hikmah Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 dan juga merupakan manifestasi
aspirasi kaum guru Indonesia. Untuk mengambil bagian dan tanggung jawab sesuai
dengan bidang profesinya sebagai pendidik bangsa demi tercapainya cita-cita
kemerdekaan.
b)
PGRI mempunyai komitmen kepada
NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
c)
PGRI berbatang tubuh suatu
organisasi berlandaskan proklamasi, suatu organisasi pemersatu kaum guru,
bersifat :
Unitaristik, Independen, Non Partai Politik. Juga
merupakan satu wahana untuk kepentingan kaum guru, bagi pengembangan profesi,
pendidikan pada umumnya, serta pengabdian kepada tanah air dan bangsa.
d)
PGRI adalah suatu organisasi profesi
guru yang lahir, dan mewariskan jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945 secara
terus menerus kepada setiap generasi bangsa Indonesia.
B. Hubungan sejarah kelahiran PGRI Dengan
Perjuangan Mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Proklamasi Kemerdekaan
17 Agustus 1945 adalah bagian dari sejarah panjang yang di lalui bangsa
Indonesia. Di antara bangsa Belanda, bangsa Inggris, bangsa Portugis dan bangsa
Jepang, yang paling lama menjajah adalah bangsa Belanda. Bangsa Belanda
menjajah Indonesia selama 350 tahun.
Kaum penjajah pada
hakekatnya memiliki sifat dan perilaku yang sama yaitu memeras, membodohkan dan
menginjak-injak Hak Asasi Manusia atas bangsa yang dijajah. Sebagai akibat
penjajahan bangsa Belanda, bangsa Indonesia kehilangan kedaulatan, timbul
kemiskinan dan kebodohan/keterbelakangan. Bangsa Indonesia mengalami
penderitaan, tertekan kebebasan terutama kebebasan untuk menentukan nasib dan
masa depannya sendiri.
Berbagai penderitaan
dan ancaman yang dialami oleh rakyat Indonesia selama di jajah telah
menimbulkan kesadaran, membangkitkan semangat untuk bersatu padu berjuang untuk
melawan dan mengusir kaum penjajah untuk mencapai kemerdekaan.
Sejarah perjuangan
rakyat Indonesia untuk mencapai kemerdekaan mencapai puncaknya pada tanggal 17
Agustus 1945 pukul 10.00 pagi di jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia :
|
Dengan berkumandangnya
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke seluruh pelosok tanah air dan masyarakat
kemudian menyebar ke seluruh dunia, sekarang bangsa Indonesia telah merdeka,
berdaulat, bebas menentukan nasib dan masa depannya, serta bebas mengatur
bangsa negaranya sendiri tanpa tekanan dan ancaman serta pengaruh bangsa lain.
Di
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dinyatakan bahwa kemerdekaan adalah
hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
Kemerdekaan
adalah bagian dari hak asasi manusia, karena pada hakekatnya manusia di
lahirkan dalam keadaan bebas.
Bangsa
Indonesia menyadari dan meyakini bahwa pernyataan kemerdekaan itu atas rahmat
Allah Yang Maha Kuasa dengan dorongan keinginan luhur supaya berkehidupan yang
bebas.
Dari
pernyataan tersebut tentang hakekat kemerdekaan digambarkan bahwa rakyat
Indonesia mengharapkan suatu kehidupan yang berkesinambungan anatara kehidupan
material dengan kehidupan spiritual maupun antara kehidupan dunia dan akhirat.
Tantangan
yang dihadapi bangsa Indonesia dan negara Indonesia yang baru lahir dapat di
simpulkan sebagai berikut :
1)
Bangsa Indonesia merebut kekuasaan dari
pemerintah penjajah Jepang dan merebut senjata tentara Jepang yang waktu itu
masih berkuasa.
2)
Bangsa Indonesia mempertahankan
kemerdekaan dari pasukan NICA Belanda yang ingin menjajah kembali dan dating ke
Indonesia bersama-sama pasukan sekutu Inggris dan Amerika.
Pasukan sekutu dating
ke Indonesia bertugas melindungi tawanan perang dan melucuti senjata tentara Jepang,
tetapi ternyata di belakangnya turut pasukan NICA Belanda. Perjuangan rakyat
Indonesia saat itu adalah perjuangan mepertahankan kemerdekaan.
Kaum guru Indonesia
bertekad turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia diwujudkan dalam
salah satu tujuan kelahiran PGRI yaitu : turut aktif mempersatukan kemerdekaan
Republik Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan
tanggal 17 Agustus 1945 merupakan titik kulminasi perjuangan bangsa Indonesia
dalam mewujudkan cita-cita nasionalnya. Proklamasi juga merupakan jembatan emas
setelah bangsa Indonesia berhasil melalui perjuangan fisik untuk kemudian mulai
membangun Indonesia baru yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur
berdasarkan Pancasila. Jiwa, semangat dan nilai-nilai luhuryang terkandung
dalam Proklamasi 17 Agustus 1945 mempunyai efek yang sangat besar untuk seluruh
pejuang kemerdekaan, pendiri Republik ini dan para guru pada kurun waktu pasca
tahun 1945.
Semangat proklamasi
itulah yang menjiwai penyelenggaraan Kongres Pendidik Bangsa pada tanggal 24-25
November 1945 bertempat di Sekolah Guru Puteri (SGP) Surajarta, Jawa Tengah.
Dan kongres itu lahirlah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang
merupakan wahana persatuan dan kesatuan segenap guru di seluruh Indonesia.
Melalui kongres ini, segala bentuk perpecahan antara kelompok guru yang di
dasarkan kepada perbedaan tamatan (ijazah) di lingkungan pekerjaan, lingkungan
daerah, aliran politik, agama dan suku, sepakat untuk dihapuskan. Mereka
serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan : (1)
mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia ; (2) mempertinggi tingkat
pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan : dan (3)
membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya (Suara guru,November
1955: 17)
Kesepatan perumusan
ketiga tujuan tersebut dicapai dalam suasana pekik “Merdeka!!” yang
bertalu-talu, ditengah bau mesiu pemboman oleh tentara Inggris atas studio RRI
Surakarta yang jaraknya hanya ratusan meter dan tempat siding SGP.
Demikian tingginya
kesadaran politik dan perjuangan para guru untuk mempertahankan kemerdekaan,
sehingga para peserta kongres saat itu mengeluarkan resolusi untuk mengirim
telegram kepada para pejuang di Surabaya agar mereka terus berjuang melawan
penjajah dan mengajak semua guru yang ada di seputar Surabaya untuk ikut serta
memanggul senjata guna membantu para pemuda patriot bangsa yang sedang
menghadapi tentara Sekutu.
PGRI lahir sebagai
“anak sulung” dan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang memiliki sifat
dan semangat yang sama dengan “ibu kandungnya”, yaitu semangat persatuan dan
kesatuan, pengorbanan dan kepahlawanan untuk menentang penjajah. PGRI merupakan
organisasi pelopor dan pejuang, karena itu para pendiri PGRI mengangkat
semangat itu ke dalam tujuan yang pertama di atas. Sementara itu, tujuan yang
kedua sangat erat hubungannya dengan tugas pokok dan fungsi anggota PGRI
sebagai pendidik bangsa, yang melalui proses pendidikan bermaksud mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dan segi
pendidikan. Tujuan yang ketiga berkaitan langsung dengan PGRI sebagai wahana
meningkatkan perjuangan untuk perbaikan nasib anggotanya. PGRI adalah
organisasi pejuang yang lahir dalam proses sejarah di masa perjuangan untuk
merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Begitulah jiwa dan makna PGRI yang
diungkapkan dalam “mars PGRI” yang sepenuhnya cocok dengan kenyataan.
C. Kongres PGRI II dan III Membulatkan Tekad Guru
Mempertahankan Kemerdekaan
Melalui kongres ini,
PGRI mengajukan tuntutan kepada pemerintah yaitu : Pertama, sistem pendidikan
selekasnya didasarkan pada kepentingan nasional ; Kedua, gaji guru supaya tidak
dihentikan; Ketiga, diadakan Undang-Undang Pokok Pendidikan dan Undang-Undang
Pokok Perburuhan Tuntutan tersebut mendapat perhatian pemerintah. Terbukti
dengan di tunjuknya Rh. Kousnan menjadi anggota Panitia Gaji Pemerintah yang
dibentuk oleh Departemen Keuangan RI.
Kongres yang diadakan
dalam keadaan darurat ini antara lain memutuskan bahwa untuk meningkatkan
efektivitas organisasi ditempuh jalan dengan memekarkan cabang-cabang agar
lebih efektif.
Untuk membantu
tugas-tugas pengurus besar dalam memimpin dan mengkoordinasikan cabang-cabang,
dibentuklah komisariat-komisariat daerah pada setiap keresidenan Prvinsi dan
merupakan Pengurus Besar Pleno.
PGRI memiliki haluan
dan sifat perjuangan yang jelas, yaitu mempertahankan NKRI, meningkatkan
pendidikan dan pengajaran nasional sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD
1945, dan tidak bergerak dalam lapangan politik (non-partai politik). Sifat dan
siasat perjuangan PGRI adalah : (1) bersifat korektif dan konstruktif terhadap
pemerintah, dengan mempertahankan kebebasannya sebagai serikat pekerja (yang
dijamin oleh UUD 1945); (2) bekerjasama dengan serikat-serikat buruh sekerja
lainnya ; (3) bekerjasama dengan badan-badan lainnya (partai politik,
organisasi-organisasi pendidikan, badan-badan perjuangan dan lain-lain) ; (4)
bergerak di tengah-tengah masyarakat.
Dalam beberapa tahun
saja banyak cita-cita PGRI tersebut yang telah tercapai, baik di bidang
pendidikan mupun di bidang perburuhan. Nama PGRI tidak asing lagi di tengah
masyarakat dan pemerintah, serta mulai terasa pengaruhnya di mana-mana,
termasuk di luar negeri. Hal ini dibuktikan oleh adanya undangan dan
National Education Association (NEA) di Amerika Serikat untuk
mengirimkan wakil-wakil PGRI guna mengadakan peninjauan terhadap pendidikan di
negara itu selama 8 bulan (September 1948 s.d Juli 1949). Juga undangan
dan World Confederation of Organizations of the Teaching
Profession (WCOTP) untuk menghadiri Kongres II yang diadakan pada
bulan Juli 1948 di London. Namun karena kesulitan mendapatkan visa, kedua
undangan tersebut tidak dipenuhi.
Ketika pemerintahan RI
kembali dari Bukit Tinggi ke Yogyakarta pada tahun 1949, berdirilah cabang-cabang
PGRI di mana-mana, bahkan sampai ke daerah luar Persetujuan Renville, kedudukan
PB PGRI yang semula di Surakarta dipindahkan ke Yogyakarta. Kegiatan PGRI pun
meningkat kembali di berbagai daerah, baik pusat (Yogyakarta) maupun di
daerah-daerah BFO (Byzonder Federal Overleg).
Pengakuan politis yang
sangat tinggi kepada PGRI juga diperoleh dari amanat Presiden Soekarno pada
Kongres II PGRI tahun 1946 di Surakarta. Dalam amanat tersebut, Presiden
Soekarno menegaskan bahwa : “Guru bukanlah penghias alam, tetapi guru adalah
pembentuk manusia, guru adalah pendidik rakyat ke arah kejayaan dan keagungan
bangsa; semua orang pandai dan patriot-patriot negara adalah hasil pendidikan
para guru; dalam menghadapi perjuangan dan pembangunan negara, guru harus menjadi
pelopornya, guru adalah pendidik rakyat kea rah kesempurnaan jiwa yang
bercita-cita tinggi bagi bangsa dan negara.”
Periode tahun
1945-1950 Perjuangan PGRI dititik beratkan untuk turut serta berjuang
menegakkan kemerdekaan, karena colonial Belanda ingin menjajah kembali
Indonesia. Walaupun PGRI telah berkembang ke seluruh pelosok tanah air, namun
perjalanan sejarahnya tak lepas dari arus perjuangan bangsa Indonesia dalam
tekad menegakkan kemerdekaan.
Kongres PGRI
II tahun 1946 di Surakarta dan Kongres PGRI III tahun 1948 di Madiun adalah
kongres yang dilaksanakan saat memuncaknya perjuangan bangsa Indonesia
menentang penjajahan kolonial Belanda yang berusaha mencekeramkan kembali
daerah jajahannya di Indonesia. Dengan liciknya Kolonial Belanda melaksanakan
politik adu domba, memecah belah bangsa dan wilayah Indonesia dengan maksud
melemahkan semangat perjuanganrakyat Indonesia.
Di samping itu,
Pemerintah Indonesia menghadapi musuh dari dalam yang bermaksud menancapkan
ideologi komunis di bumi Indonesia untuk menggantikan ideologi Pancasila yang
telah disepakati bangsa Indonesia. Pemberontakan PKI yang di dalangi Muso dan
kawan-kawannya pada tahun 1948 sangat merugikan perjuangan rakyat Indonesia.
Melalui kongres PGRI
II di Surakarta dan Kongres PGRI III di Madiun, PGRI telah menggariskan haluan
dan sifat perjuangannya, yaitu :
1)
Mempertahankan NKRI.
2)
Meningkatkan tingkat pendidikan
dan pengajaran nasional sesuai dengan dasar falsafah negara Pancasila dan UUD
1945.
3)
Tidak bergerak dalam lapangan politik
(non partai politik).
4)
Sifat dan siasat perjuangan PGRI :
a.
Bersifat korektif konstruktif terhadap
Pemerintah.
b.
Bekerjasama dengan serikat-serikat
buruh/pekerja lainnya.
c.
Bekerjasama dengan badan-badan lainnya,
partai politik, organisasi pendidikan, badan-badan perjuangan.
d.
Bergerak di tengah-tengah masyarakat.
Haluan
dan sifat perjuangan PGRI tersebut membulatkan tekad anggota PGRI dalam
berjuang menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan.
D. PGRI Mengadakan Hubungan dengan
Organisasi Guru di Luar Negeri
Sejak tahun 1948,
dalam bidang Luar Negeri Pengurus Besar (PB) PGRI sudah merintis
hubungan dengan organisasi-organisasi Guru Internasional, misalnya dengan NEA
(National Education Association), yaitu persatuan guru di Amerika Serikat, NEA
mengundang PGRI untuk mengadakan peninjauan tentang perkembangan pendidikan di
Amerika Serikat selama 8 bulan. Juga dari WCOTP (World Confederation of
Organization of the Teaching Profesion) diterima dengan undangan untuk
menghadiri Kongres II yang diadakan bulan Juli 1948 di London.
Pada Kongres PGRI
XVIII di Bandung, banyak organisasi guru luar negeri yang menyampaikan pesan,
diantaranya :
1)
PPSTA (Philmphine Public School Teachers
Association).
2)
STU (Singapore Teachers Union).
3)
AFT (American Federation of
Teachers).
4)
NEA (National Education Association).
5)
ACUGET (All Ceylon GovernmentUnion
English Teachers).
6)
EI (Education International)
7)
AOB (Algemene Onderwys Bomb).
8)
CTF (Canadian Teachers Federation).
9)
FCE (Federation Canadienne des
Ensergnants).
10) KPPK (Kesatuan Perkhidmatan Perguruan Kebangsaan Semenanjung Malaysia).
11) PGGMB (Persekutuan Guru-Guru Melayu Brunei).
12) BMTA (Brunei Malay Teachers Association).
13) STTU (Singapore Tamil Teachers Union).
14) STU (Serawak Teachers Union).
15) SADTU (South African Democratic Teachers Union).
16) CES (China Education Society).
17) JTU (Japan Teachers Union).
Ada 31 organisasi guru
luar negeri yang menyampaikan pesan dan ucapan selamat pada Kongres XVIII PGRI.
Hal ini menunjukkan bahwa PGRI sejak lama memiliki hubungan yang luas dengan organisasi
guru di luar negeri.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kelahiran
PGRI penuh dengan perjuangan untuk mewujudkan NKRI yang berdaulat. Yang
bertujuan untuk menjadikan wadah bagi para guru dalam memperoleh, meningkatkan,
dan membela hak azasinya baik sebagai peribadi, anggota masyarakat, warga
negara, maupun pemangku profesi keguruan. Perjuangan itu dilakukan dengan
berbagai cara dan bentuk yang konstitusional, prosedural, dan konsepsional
dalam memperoleh kehidupan guru yang layak dan sejahtera. Dengan demikian para
guru mempunyai organisasi yang tepat untuk mensejahterakan guru yang sekarang
di tuntut bekerja lebih professional demi tercapainya tujuan pendidikan. Ikut
menjaga persatuan dan kesatuan NKRI, serta bersifat Unitaristik,Independen dan
Non partai politik.
B.
Saran
Sebagai warga negara yang baik apalagi guru, kita
harus meneruskan perjuangan PGRI yang lahir dengan penuh perjuangan itu. Yaitu
dengan meneruskan membangunan nasional dan mewujudkan pendidikan nasional. Kita
sebagai guru wajib untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang ada dalam
pancasila.
Daftar Pustaka
____.2012.Pendidikan
Sejarah Perjuangan dan Jatidiri PGRI untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit
YPLP/ PPLP PGRI Pusat.
0 komentar:
Posting Komentar